Jakarta: Orang-orang bersenjata yang mengenakan balaclava menyerbu studio sebuah stasiun televisi publik di kota pelabuhan Guayaquil, Ekuador, saat siaran langsung, Selasa, 9 Januari 2024 waktu setempat. Mereka menyandera beberapa jurnalis dan anggota staf.
“Jangan tembak, tolong jangan tembak,” teriak seorang wanita ketika suara tembakan terdengar sementara para penyerang, yang membawa senapan dan granat, memaksa kru penyiaran TC yang ketakutan hingga terjatuh.
“Unit Kepolisian Nasional di Quito dan Guayaquil telah diberitahu tentang tindakan kriminal ini dan sudah berada di lokasi kejadian,” kata polisi dalam keterangan singkatnya kepada wartawan.
Siaran langsung terus berlanjut tanpa gangguan, meskipun lampu di lokasi syuting padam. Sekitar 30 menit setelah orang-orang bersenjata muncul, polisi terlihat masuk.
"Polisi, polisi," seru seorang pria berseragam. “Kami mempunyai rekan yang terluka,” jawab seorang pria.
"Tolong, mereka datang untuk membunuh kami. Tuhan jangan biarkan ini terjadi. Para penjahat sedang mengudara," kata salah satu jurnalis kepada AFP melalui pesan WhatsApp.
Insiden ini terjadi ketika Presiden baru Ekuador, Daniel Noboa, 36 tahun, bergulat dengan mimpi buruk keamanan setelah kaburnya salah satu gangster paling terkenal di negara itu, Jose Adolfo Macias, yang dikenal sebagai 'Fito' dari penjara.
Noboa mengumumkan keadaan darurat nasional selama 60 hari pada hari Senin, 8 Januari, termasuk di penjara-penjara yang terkenal kejam di Ekuador, dan memberlakukan jam malam.
Sebagai tanggapan, para gangster menyandera beberapa petugas polisi, dan merilis video mengerikan di mana salah satu dari mereka dipaksa membacakan pesan yang ditujukan kepada Noboa.
"Anda menyatakan perang, Anda akan mendapat perang," kata petugas yang sangat ketakutan itu. "Anda mengumumkan keadaan darurat. Kami menyatakan polisi, warga sipil, dan tentara sebagai rampasan perang." AFP PHOTO/Ecuador´s National Police/Gerardo Menoscal/Marcos Pin Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News