Jakarta: Ukraina dan Rusia, Jumat, 22 Juli 2022, mengakhiri negosiasi yang berjalan berbulan-bulan dengan menandatangani kesepakatan penting untuk melanjutkan ekspor gandum dari pelabuhan Ukraina. Penandananganan kesepakatan tersebut ditengahi oleh Turki dan PBB.
Kesepakatan besar pertama antara pihak-pihak yang bertikai sejak invasi Rusia Februari lalu tersebut akan membantu meringankan kelaparan akut yang menurut perkiraan PBB sekarang dihadapi 47 juta orang tambahan karena perang.
Namun permusuhan antara Moskow dan Kyiv meluas ke upacara penandatanganan, sehingga tertunda selama lebih dari setengah jam oleh perselisihan tentang pengibaran bendera di sekitar meja dan penolakan Ukraina untuk mencantumkan namanya pada dokumen yang sama dengan Rusia.
Kedua belah pihak akhirnya menandatangani perjanjian yang terpisah tetapi identik di hadapan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istana Dolmabahce Istanbul di Selat Bosphorus.
“Hari ini, ada suar di Laut Hitam – suar harapan, suar kemungkinan, suar kelegaan,” kata Guterres beberapa saat sebelum pejabat Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan terpisah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan - pemain kunci dalam negosiasi yang memiliki hubungan baik dengan Moskow dan Kyiv - mengatakan kesepakatan itu semoga menghidupkan kembali jalan menuju perdamaian.
Tetapi Ukraina memasuki upacara tersebut dengan secara blak-blakan memperingatkan bahwa mereka akan melakukan tanggapan militer segera jika Rusia melanggar perjanjian dan menyerang kapal-kapalnya atau melakukan serangan di sekitar pelabuhannya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kemudian mengatakan tanggung jawab untuk menegakkan kesepakatan akan jatuh ke PBB. AFP PHOTO/Ozan Koze Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News