Jakarta: Sebuah bom mobil diledakkan di luar kantor pemerintah dan hak asasi manusia, Kamis, 20 Januari 2022 waktu setempat, mengakibatkan sedikitnya satu orang meninggal dan 20 lainnya luka-luka.
"Selain mengakibatkan korban jiwa, ledakan itu juga merusak gedung-gedung pribadi," kata pernyataan militer.
Tentara dalam sebuah pernyataan menyalahkan serangan dini hari di Saraven tersebut terhadap pembangkang kelompok gerilya FARC yang menolak kesepakatan damai pada 2016.
Menteri Pertahanan Diego Molano mengatakan serangan itu direncanakan dan dibiayai dari Venezuela. "Bahan peledak yang digunakan dalam aksi teroris ini dibawa ke Kolombia dari Venezuela," kata Molano.
Jose Luis Lazo, seorang pejabat yang bertanggung jawab atas hak asasi manusia di Saravana, mengatakan kepada W Radio bahwa seorang pembangkang bernama Antonio Medina telah memerintahkan serangan itu melalui pesan WhatsApp.
Presiden Kolombia Ivan Duque sering menuduh negara tetangga Venezuela melindungi pemberontak di wilayahnya. Kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik sejak Duque menjabat pada 2018.
Wilayah di mana serangan itu terjadi adalah salah satu yang paling terpukul oleh gelombang kekerasan yang melanda Kolombia setelah pakta perdamaian 2016 yang melucuti senjata FARC dan secara resmi mengakhiri konflik selama beberapa dekade.
Meskipun ada kesepakatan, pertempuran terus berlanjut atas wilayah dan sumber daya antara gerilyawan pembangkang FARC, kelompok pemberontak ELN, pasukan paramiliter dan kartel narkoba.
Awal bulan ini, hampir 30 orang tewas dalam pertempuran di departemen Arauca timur laut, tempat Saravena berada, dan ratusan orang melarikan diri dari wilayah tersebut.
Sejak itu pemerintah telah mengerahkan 1.300 tentara tambahan untuk bergabung dengan 5.600 tentara yang sudah beroperasi di daerah tersebut.
Sebuah pusat studi independen, Indepaz, mengatakan ELN memiliki sekitar 2.500 pejuang sedangkan pembangkang FARC terdiri dari sekitar 5.200 anggota. AFP PHOTO/Organizacion Sociales de Arauca/Arauca's Social Organisation