Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan telah meninggal, demikian laporan BBC.
Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan telah meninggal, demikian laporan BBC.
Bayi Sabreen al-Sakani dilahirkan melalui operasi caesar di Rumah Sakit Rafah tak lama setelah tengah malam pada hari Minggu, 21 April 2024.
Bayi Sabreen al-Sakani dilahirkan melalui operasi caesar di Rumah Sakit Rafah tak lama setelah tengah malam pada hari Minggu, 21 April 2024.
Di tengah kekacauan, dokter menyadarkan bayi tersebut dengan menggunakan pompa tangan untuk mendorong udara ke paru-parunya. Namun dia meninggal pada hari Kamis, 25 April, dan dimakamkan di samping ibunya, yang namanya diambil dari namanya.
Di tengah kekacauan, dokter menyadarkan bayi tersebut dengan menggunakan pompa tangan untuk mendorong udara ke paru-parunya. Namun dia meninggal pada hari Kamis, 25 April, dan dimakamkan di samping ibunya, yang namanya diambil dari namanya.
Baby Sabreen termasuk di antara 16 anak yang tewas dalam dua serangan udara di Rafah akhir pekan lalu. Semuanya tewas dalam pemboman yang menargetkan kompleks perumahan tempat mereka tinggal.
Baby Sabreen termasuk di antara 16 anak yang tewas dalam dua serangan udara di Rafah akhir pekan lalu. Semuanya tewas dalam pemboman yang menargetkan kompleks perumahan tempat mereka tinggal.

Bayi yang Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Sekarat di Gaza, Meninggal

26 April 2024 19:15
Jakarta: Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan telah meninggal, demikian laporan BBC.

Bayi Sabreen al-Sakani dilahirkan melalui operasi caesar di Rumah Sakit Rafah tak lama setelah tengah malam pada hari Minggu, 21 April 2024.

Di tengah kekacauan, dokter menyadarkan bayi tersebut dengan menggunakan pompa tangan untuk mendorong udara ke paru-parunya. Namun dia meninggal pada hari Kamis, 25 April, dan dimakamkan di samping ibunya, yang namanya diambil dari namanya.

Baby Sabreen termasuk di antara 16 anak yang tewas dalam dua serangan udara di Rafah akhir pekan lalu. Semuanya tewas dalam pemboman yang menargetkan kompleks perumahan tempat mereka tinggal.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka menargetkan pejuang dan infrastruktur Hamas.

Ibu Sabreen sedang hamil tujuh setengah bulan ketika serangan udara Israel terhadap rumah keluarga al-Sakani terjadi sebelum tengah malam pada hari Sabtu, 20 April, ketika dia, suaminya Shukri, dan putri mereka Malak yang berusia tiga tahun sedang tidur.

Sabreen menderita luka parah dan suaminya serta Malak terbunuh, namun bayi tersebut masih hidup di dalam rahim ibunya ketika petugas penyelamat mencapai lokasi.

Mereka membawa Sabreen ke rumah sakit, di mana dokter melakukan operasi caesar darurat untuk melahirkan anak tersebut. Tampaknya Sabreen sudah stabil dan dia kemudian ditempatkan di inkubator. Saat itu dokter menggambarkan kondisinya kritis.

Berat badannya hanya 1,4 kg (3,1 lbs) saat dilahirkan dan mengalami gangguan pernapasan parah, yang menurut dokter disebabkan karena ia dilahirkan prematur.

“Anak ini seharusnya berada di dalam rahim ibunya saat ini, tapi haknya telah dicabut,” kata Dr Mohammed Salama, kepala unit darurat neo-natal di Rumah Sakit Emirat di Rafah, setelah bayi tersebut dilahirkan.

Nenek dari pihak ibu Baby Sabreen, Mirvat al-Sakani, mengatakan kepada BBC bahwa keluarganya berencana untuk mengadopsi anak tersebut.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan bahwa dari lebih dari 34.000 orang yang tewas di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober, setidaknya dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak. AFP PHOTO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(WWD)

Internasional Bayi Prematur Palestina Israel