Jakarta: Puluhan ribu warga Australia, Jumat, 26 Januari 2024, turun ke jalan untuk memprotes hari libur nasional yang kontroversial, yang juga menandai kedatangan penjajah Eropa lebih dari 200 tahun yang lalu.
Di Sydney, Melbourne, dan beberapa kota lainnya, ribuan pengunjuk rasa 'Hari Invasi' menuntut agar tanggal perayaan tahunan Hari Australia diubah. Hari libur umum diadakan pada 26 Januari setiap tahun.
Bagi sebagian besar warga Australia, ini identik dengan hari libur kerja, barbekyu, pertandingan uji coba kriket, jalan-jalan ke pantai, dan liburan akhir musim panas. Namun pemilihan tanggal – yang menandai kedatangan pemukim Eropa di Pelabuhan Sydney pada tahun 1788 – menjadi semakin kontroversial.
Aktivis pribumi mengatakan kedatangan warga Eropa menandai dimulainya kampanye genosida budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Di Sydney, para pengunjuk rasa menantang suhu panas 38 derajat Celcius (100 Fahrenheit) dan terik matahari selatan untuk mengibarkan bendera Aborigin hitam, merah, dan kuning dan meneriakkan bahwa tanah tersebut akan selalu milik penduduk asli. Sebuah spanduk bertuliskan 'Tidak ada kebanggaan atas genosida di Australia'.
Pada upacara pemberian kewarganegaraan kepada 16 imigran, Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan bahwa Hari Australia adalah kesempatan untuk berhenti sejenak dan merenungkan segala sesuatu yang telah dicapai sebagai sebuah bangsa.
Untuk menanggapi kontroversi ini, ia juga memuji penduduk asli Australia sebagai pewaris budaya tertua yang masih ada di dunia” dan landasan keberagaman negara tersebut.
“Sungguh suatu keistimewaan yang luar biasa, kebudayaan mereka menjadi awal sejarah bangsa kita dan kearifan mereka menjadi bagian kelanjutan kehidupan berbangsa kita,” ujarnya.
Menjelang Hari Australia, patung tokoh kolonial Inggris Kapten James Cook dan Ratu Victoria dirusak di Melbourne.
Sebuah patung penjelajah Inggris dirobohkan -- tampaknya terpotong di bagian tulang keringnya -- dan alasnya disemprot dengan tulisan 'Koloni akan jatuh'.
Kemiripan dengan raja Inggris Ratu Victoria dipulas dengan cat merah.
Jajak pendapat menunjukkan mayoritas warga Australia ingin mempertahankan hari libur nasional, namun terdapat perbedaan pendapat antara 50 dan 50 mengenai perubahan tanggal.
Hanya kurang dari empat persen dari 26 juta penduduk Australia yang merupakan penduduk asli. AFP PHOTO/Izhar Khan Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News