Yangon: Para pendukung Junta yang memegang pisau dan ketapel bentrok dengan warga anti-kudeta di Myanmar pada Kamis, 25 Februari 2021. Ini merupakan bentrokan pertama antara pihak berlawanan saat negara itu mendekati satu bulan pemerintahan junta militer.
Awalnya, pada Kamis pagi para pendukung junta yang membawa spanduk pro-militer berbaris melalui pusat komersial Myanmar Yangon untuk mengolok-olok warga.
Pihak berwenang memberi mereka akses ke Sule Pagoda, landmark lokal di persimpangan utama yang dalam beberapa hari terakhir dibarikade untuk mencegah pengunjuk rasa anti-kudeta berkumpul.
"Pada siang hari, bentrokan meletus di dekat kompleks Stasiun Kereta Api Yangon, dengan pendukung militer yang membawa pipa, pisau, dan ketapel berbalik menyerang warga yang mengejek mereka," kata saksi mata.
Mereka melawan, menahan sejumlah orang sampai polisi muncul untuk menyingkirkan para tersangka penyerang.
"Mereka memiliki hak untuk memprotes tetapi seharusnya tidak menggunakan senjata - tidak ada demonstran pro-demokrasi yang menggunakannya," kata Zaw Oo, sembari memperlihatkan luka memar di tulang rusuk setelah ia dihajar oleh sekelompok penyerang . "Mereka adalah para pengganggu."
Demonstrasi anti-kudeta berlanjut tanpa insiden di seluruh kota - mahasiswa di Universitas Yangon mengibarkan bendera merah khas Partai Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi, sementara para pekerja medis melewati persimpangan-persimpangan utama. "Yang kami inginkan hanyalah melihat pemerintahan yang tidak sah ini runtuh," kata seorang apoteker.
Apa yang disebut 'Revolusi Jas Putih' adalah bagian dari gerakan pembangkangan sipil nasional yang telah menutup sektor-sektor utama di Myanmar - termasuk rumah sakit, sekolah, dan bank - dalam pemberontakan di junta. AFP PHOTO/Sai Aung Main Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News