“Saya mengemudikan mobil segera setelah diizinkan,” ujar Jawhara di Kota Buraidah itu dengan bangga baru-baru ini. Dia mengenang tonggak sejarah yang menarik perhatian dunia pada perubahan sosial yang diprakarsai Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Jawhara memberikan pelajaran mengemudi gratis kepada wanita lain, berbagi keterampilan yang menurutnya sangat penting di negara yang sangat kekurangan transportasi umum. “Ini hanya salah satu contoh,” katanya saat menanggapi keadaan hak-hak perempuan yang telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi itu juga memungkinkan mereka menjadi duta besar, direktur bank, administrator universitas bahkan astronaut. Ilmuwan Saudi, Rayyanah Barnawi, ikut serta dalam misi ke Stasiun Angkasa Luar Internasional pada Mei lalu.
Kehidupan sehari-hari
Perubahan juga dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama setelah polisi agama dikesampingkan dan peraturan yang mengharuskan pemisahan gender di tempat umum dan pemakaian jubah abaya dihapuskan.
Namun, beberapa pegiat hak asasi manusia meragukan seberapa dalam reformasi yang sebenarnya berjalan, menekankan bahwa perempuan telah terjerat oleh kampanye penangkapan dan menargetkan para pengkritik pemerintah.
Jajaran mereka termasuk beberapa perempuan yang memimpin kampanye untuk mendapatkan surat izin mengemudi. “Kami memiliki lebih banyak perempuan di penjara, baik karena tidak mengenakan abaya, atau karena menari di depan umum ata karena mencicitkan pendapat mereka, apa pun topiknya, bahkan tentang pengangguran,” kata Lina al-Hathloul, kepala pemantauan dan komunikasi untuk kelompok hak asasi manusia ALQST.
“Kami benar-benar berada dalam kondisi ketakutan yang terus-menerus karena orang-orang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, atau apakah mereka diizinkan untuk
melakukan sesuatu atau tidak,” sebutnya.
Para pejabat Saudi berusaha untuk tetap menyoroti kemajuan yang telah dicapai kaum perempuan dan berupaya untuk mengubah negara mereka yang telah lama tertutup dan hanya dikenal sebagai pengekspor minyak mentah terbesar di dunia menjadi negara yang terbuk untuk bisnis dan turis.
“Setelah keputusan mengemudi, kami melihat bahwa semua kebijakan yang mengikuti telah menantang peran tradisional perempuan dalam masyarakat Saudi, yang memberinya hanya satu peran, membesarkan anak-anak,” kata Najah Alotaibi, seorang analis Saudi yang berbasis di London. Dok.Media Indonesia
Foto: AFP PHOTO/Fayez Nureldine Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News