Pemrosesan itu berlangsung sebelum sebagian besar unsur radioaktif disaring di fasilitas canggih --yang dikenal sebagai ALPS.
TEPCO mengatakan kebocoran dari ventilasi diketahui oleh seorang pekerja yang sedang membersihkan ventilasi, sebelum mengoperasikan fasilitas tersebut.
Atas kebocoran air limbah tersebut, TEPCO menyebut tidak ada tanda-tanda kontaminasi yang terdeteksi di luar fasilitas tersebut. TEPCO juga mengeklaim tidak ada perubahan signifikan di pos-pos pemantauan radioaktivitas di sekitar pembangkit listrik.
Namun, TEPCO berencana untuk membuang tanah di sekitar area yang mungkin telah terkontaminasi.
Tiongkok minta Jepang tanggung jawab
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin mengatakan pemerintah Jepang harus bertanggung jawab atas kebocoran air radioaktif dari PLTN Fukushima.
"Jepang punya tanggung jawab untuk memublikasikan insiden tersebut secara cepat, komprehensif, dan transparan serta bertanggung jawab untuk memberikan perincian kondisinya," kata Wang di depan media di Beijing, Kamis, 8 Februari.
Tanggung jawab itu, katanya, perlu dijalankan Jepang karena rencana pembuangan limbah akan berlangsung selama 30 tahun atau bahkan lebih lama.
Wang menekankan bahwa Tiongkok punya banyak alasan untuk khawatir dan tanda tanya besar muncul pascainsiden itu.
"Bisakah Jepang menjamin keselamatan dan bertanggung jawab dalam pengelolaan pembuangan air limbah pada masa depan? Dapatkah fasilitas pengolahan dan pembuangan air yang terkontaminasi nuklir di Fukushima beroperasi dengan stabil dan efektif dalam jangka panjang?" ujarnya.
Kebocoran air yang terkontaminasi nuklir di fasilitas tersebut, menurut Wang, kembali menunjukkan pentingnya skema pemantauan internasional yang efektif dalam jangka panjang. AFP PHOTO/Tokyo Electric Power Company (TEPCO) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News