Yangon: Warga Myanmar menggunakan berbagai cara untuk melawan junta militer. Selain unjuk rasa, mereka juga mengajak memboikot Thingyan atau festival perayaan tahun baru dan menerbitkan tabloid bawah tanah.
Thingyan merupakan libur terpenting Myanmar dan tahun ini dijadwalkan pada 13-17 April 2021. Biasanya, warga merayakan Thingyan karnaval di jalan dan para biksu memercikkan air suci. Pada 2020, Thingyan ditiadakan karena pandemi Covid-19. Pada 2021, Thingyan terganggu oleh kudeta.
Dewan Pemerintahan Negara, pemerintahan sementara bentukan militer selepas kudeta 1 Februari 2021, telah merencanakan Thingyan di Mandalay dan Naypyidaw. Thingyan adalah nama festival air versi Myanmar. Di beberapa negara Asia, ada festival sejenis dengan nama dan waktu penyelenggaraan berbeda. Kemiripannya, antara lain, untuk merayakan tahun baru Waisak.
Para penentang junta mengajak warga tidak menghadiri perayaan Thingyan versi junta. ”Tidak ada alasan ikut perayaan apa pun sampai demokrasi tercapai. Ikut festival Thingyan tidak menghormati orang tua dan warga serta para korban,” demikian pengumuman penentang junta melalui media sosial.
Setelah seruan ini tersebar, mulai terlihat warga turun ke jalan mengenakan pakaian rapi yang biasa mereka pakai untuk Thingyan.
Tanpa berkata-kata, mereka berunjuk rasa sambil membawa spanduk-spanduk bertuliskan slogan-slogan antikudeta. AFP Photo/Ye Aung Thu/HO
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News