Jakarta: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi Institut Senjata Nuklir dan fasilitas rahasia untuk memproduksi uranium tingkat senjata dan menyerukan upaya yang lebih kuat untuk secara eksponensial meningkatkan jumlah senjata nuklirnya.
Tidak jelas apakah lokasi tersebut berada di kompleks nuklir utama Yongbyon milik Korea Utara, tetapi ini adalah pengungkapan pertama Korea Utara mengenai fasilitas pengayaan uranium sejak menunjukkannya di Yongbyon kepada para cendekiawan Amerika yang berkunjung pada tahun 2010.
Sementara pengungkapan terbaru tersebut kemungkinan merupakan upaya untuk memberikan lebih banyak tekanan pada AS dan sekutunya, gambar-gambar yang dirilis media Korea Utara mengenai area tersebut dapat memberikan sumber informasi yang berharga bagi pihak luar untuk memperkirakan jumlah bahan nuklir yang telah diproduksi Korea Utara.
Selama kunjungannya, Kim menyatakan kepuasannya berulang kali atas kekuatan teknis yang luar biasa dari bidang tenaga nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara, Kantor Berita Pusat Korea melaporkan.
KCNA mengatakan bahwa Kim mengelilingi ruang kendali basis pengayaan uranium dan lokasi konstruksi yang akan memperluas kapasitasnya untuk memproduksi senjata nuklir.
Foto-foto media pemerintah Korea Utara menunjukkan Kim tengah diberi pengarahan oleh para ilmuwan sambil berjalan di sepanjang deretan tabung abu-abu yang panjang, tetapi KCNA tidak mengatakan kapan Kim mengunjungi fasilitas tersebut dan di mana lokasinya.
KCNA mengatakan Kim menekankan perlunya menambah jumlah sentrifugal untuk meningkatkan senjata nuklir untuk pertahanan diri secara eksponensial, sebuah tujuan yang berulang kali ia nyatakan dalam beberapa tahun terakhir.
Dikatakan bahwa Kim memerintahkan para pejabat untuk mendorong pengenalan mesin sentrifugal tipe baru, yang telah mencapai tahap penyelesaian.
"Kim mengatakan Korea Utara membutuhkan pertahanan yang lebih besar dan kemampuan serangan pencegahan karena ancaman nuklir anti-(Korea Utara) yang dilakukan oleh pasukan bawahan pimpinan imperialis AS semakin tidak terselubung dan sudah melewati garis merah,” kata KCNA. AFP PHOTO/KCNA Via KNS Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News