Jakarta: Ribuan warga Afghanistan yang selamat dari gempa bumi dahsyat yang menewaskan lebih dari 2.000 orang bersiap menghadapi musim dingin tanpa tempat tinggal. Sementara itu tim penyelamat melakukan upaya terakhir untuk menemukan korban yang selamat dari reruntuhan.
Para sukarelawan bekerja dengan sekop dan beliung di Provinsi Herat sejak gempa mematikan berkekuatan Magnitudo 6,3, Sabtu, 7 Oktober 2023 yang diikuti oleh gempa susulan yang kuat, sementara yang lain menggali kuburan untuk memakamkan korban.
PBB mengatakan lebih dari 12.000 orang, dari sekitar 1.700 keluarga, diperkirakan terkena dampaknya. Dikatakan 100 persen rumah hancur di 11 desa di distrik Zenda Jan.
“Tidak ada satu rumah pun yang tersisa, bahkan tidak ada kamar tempat kami bermalam,” kata Mohammad Naeem, 40 tahun, yang mengatakan kepada AFP bahwa ia kehilangan 12 kerabatnya termasuk ibunya.
“Kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Anda lihat, keluarga kami menjadi martir di sini. Bagaimana kami bisa tinggal di sini?”
Zareen, di desa Nayeb Rafi, tempat 11 anggota keluarganya tewas akibat tertimpa reruntuhan batu, mengatakan tenda bantuan tidak akan tahan terhadap badai musim dingin.
“Jika pemerintah tidak membawa kami pergi atau membantu kami, kami akan terjebak di sini,” kata pria berusia 70an tahun itu kepada AFP.
Menyediakan tempat perlindungan dalam skala besar akan menjadi tantangan bagi otoritas Taliban di Afghanistan, yang merebut kekuasaan pada Agustus 2021, dan memiliki hubungan yang buruk dengan organisasi bantuan internasional. AFP PHOTO/Mohsen Karimi Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News