GAZA akhirnya menerima pengiriman pertama vaksin covid-19 setelah Israel menyetujui transfer melalui perbatasannya dengan wilayah kekuasaan kelompok Hamas tersebut.
Sebelumnya, Israel sempat menuai kritik internasional karena mengecualikan warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza dari kampanye vaksinasi. Pengiriman vaksin tertahan selama dua hari, ketika pemerintah menghadapi pertanyaan dari komite parlemen, sebelum akhirnya menyetujui pengiriman tersebut.
Sengketa tersebut menyoroti ketergantungan warga Palestina pada Israel, bahkan ketika mereka berjuang sendiri untuk memerangi pandemi. Ini juga merupakan contoh kuat dari ketidaksetaraan global dalam peluncuran vaksin.
Gaza ialah rumah bagi lebih dari 2 juta orang Palestina. Wilayah tersebut telah berada di bawah blokade Israel-Mesir sejak Hamas menguasainya pada 2007.
Menteri Kesehatan Palestina, Mai Alkaila, mengatakan Otoritas Palestina mengirim 2.000 dosis vaksin Sputnik V Rusia ke Gaza. Sejauh ini, Kementerian Kesehatan Gaza telah melaporkan lebih dari 53 ribu kasus dan sedikitnya 538 kematian akibat covid-19.
Sejumlah pihak di Israel awalnya berpendapat pengirim an itu harus dikaitkan dengan upaya pembebasan dua tawanan Israel yang ditahan Hamas dan sisasisa dua tentara Israel yang tewas dalam perang 2014 dengan militan Palestina.
Otoritas Palestina telah meminta WHO untuk mengutuk Israel yang menghalangi pengiriman vaksin.
WHO juga didesak untuk meminta Israel bertanggung jawab penuh atas bahaya yang timbul dari tidak masuknya vaksin ke Jalur Gaza, sedangkan Hamas mengecam langkah Israel sebagai pelanggaran terhadap semua hukum
internasional dan standar kemanusiaan.
Pengiriman vaksin gelombang pertama itu hanya akan memungkinkan pihak berwenang untuk memvaksinasi 1.000 orang. Kampanye vaksinasi yang lebih luas akan dapat memakan waktu beberapa bulan.
Ashraf al-Qedra sebagai juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan vaksin akan diberikan dalam dua tahap. Pertama, untuk pasien yang rentan dan kemudian ke petugas medis.
“Jumlahnya sangat kecil dan tidak cukup untuk menutupi 12 ribu pekerja medis. Kami pikir lebih baik untuk menyuntik pasien yang rentan terlebih dahulu, seperti pasien transplantasi organ dan dialysis,” imbuhnya. AFP PHOTO/Said Khatib Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News