Jakarta: Hari pertama Ramadan pada Senin, 11 Maret 2024, tiba seperti hari-hari lain bagi warga Palestina di Gaza yang dilanda perang: dilanda kelaparan dan penyakit, menggigil di tenda-tenda dan diancam oleh bom setelah lebih dari lima bulan pertempuran antara Israel dan militan Hamas.
Ketika dunia Muslim menyambut bulan suci dan puasa Ramadan, banyak warga Gaza menghadapi pemboman yang menyebabkan penduduk sekali lagi mencari korban selamat dan jenazah di antara puing-puing rumah yang hancur.
Sebuah laporan PBB, yang mengutip kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan 25 orang kini telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. PBB mengatakan kurangnya makanan, air dan layanan kesehatan mempercepat krisis dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Warga Gaza semakin merasakan kekurangan selama bulan Ramadan.
“Kami tidak tahu apa yang akan kami makan untuk berbuka puasa,” Zaki Abu Mansour, 63, berkata di dalam tendanya. "Saya hanya punya tomat dan mentimun... dan saya tidak punya uang untuk membeli apa pun. Barang yang ada dijual dengan harga selangit."
Pertempuran berkecamuk di seluruh Gaza, bahkan ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan membungkam senjata selama bulan suci Ramadhan dan mengatakan dia terkejut dan marah karena konflik terus berlanjut.
Guterres juga menyerukan penghapusan semua hambatan dalam pengiriman bantuan. AFP PHOTO/Said Khatib/Mohammed Abed Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News