Kondisi kawasan permukiman di Desa Akasaki setelah gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter menghantam wilayah Noto, prefektur Ishikawa, Jepang, Sabtu, 6 Januari 2024.
Kondisi kawasan permukiman di Desa Akasaki setelah gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter menghantam wilayah Noto, prefektur Ishikawa, Jepang, Sabtu, 6 Januari 2024.
Gempa bumi pada hari Tahun Baru meruntuhkan bangunan kayu di seluruh Semenanjung Noto di Jepang. Tetapi berkat keunikan arsitektur yang telah berusia puluhan tahun, sebuah desa nelayan kecil di Distrik Akasaki tetap berdiri kukuh, tidak ada satu pun dari sekitar 100 bangunan runtuh saat gempa berkekuatan 7,6 skala Richter.
Gempa bumi pada hari Tahun Baru meruntuhkan bangunan kayu di seluruh Semenanjung Noto di Jepang. Tetapi berkat keunikan arsitektur yang telah berusia puluhan tahun, sebuah desa nelayan kecil di Distrik Akasaki tetap berdiri kukuh, tidak ada satu pun dari sekitar 100 bangunan runtuh saat gempa berkekuatan 7,6 skala Richter.
Beberapa rumah gentingnya terlepas, tetapi tidak satu pun dari sekitar 100 bangunan di desa nelayan itu runtuh akibat gempa dahsyat yang pusat gempanya hanya beberapa kilometer jauhnya.
Beberapa rumah gentingnya terlepas, tetapi tidak satu pun dari sekitar 100 bangunan di desa nelayan itu runtuh akibat gempa dahsyat yang pusat gempanya hanya beberapa kilometer jauhnya.
Salah satu pemilik rumah adalah Masaki Sato. Rumahnya telah berusia 85 tahun yang ia miliki sejak 2017 dan dikelola sebagai tempat penginapan musim panas di Akasaki, di pesisir barat Jepang.
Salah satu pemilik rumah adalah Masaki Sato. Rumahnya telah berusia 85 tahun yang ia miliki sejak 2017 dan dikelola sebagai tempat penginapan musim panas di Akasaki, di pesisir barat Jepang.
“Rumah itu berdiri di atas lahan yang sangat sempit, dan bangunan tersebut memiliki banyak ruangan kecil, dengan banyak kolom yang membuatnya lebih kuat,” kata pria berusia 43 tahun itu kepada AFP, Senin, 8 Januari.
“Rumah itu berdiri di atas lahan yang sangat sempit, dan bangunan tersebut memiliki banyak ruangan kecil, dengan banyak kolom yang membuatnya lebih kuat,” kata pria berusia 43 tahun itu kepada AFP, Senin, 8 Januari.
Untuk menahan hujan deras, salju, dan terpaan angin laut, rumah Sato dan sebagian besar rumah lainnya di desa nelayan itu hanya memiliki sedikit jendela kaca. Dinding luarnya terbuat dari bilah kayu kukuh yang dilapisi secara horizontal. Strukturnya ditopang balok-balok tebal yang melintasi langit-langit.
Untuk menahan hujan deras, salju, dan terpaan angin laut, rumah Sato dan sebagian besar rumah lainnya di desa nelayan itu hanya memiliki sedikit jendela kaca. Dinding luarnya terbuat dari bilah kayu kukuh yang dilapisi secara horizontal. Strukturnya ditopang balok-balok tebal yang melintasi langit-langit.

Bangunan Unik di Akasaki Selamat dari Gempa Dahsyat Jepang

09 Januari 2024 08:21
Jakarta: Gempa bumi pada hari Tahun Baru meruntuhkan bangunan kayu di seluruh Semenanjung Noto di Jepang. Tetapi berkat keunikan arsitektur yang telah berusia puluhan tahun, sebuah desa nelayan kecil di Distrik Akasaki tetap berdiri kukuh, tidak ada satu pun dari sekitar 100 bangunan runtuh saat gempa berkekuatan 7,6 skala Richter.

Beberapa rumah gentingnya terlepas, tetapi tidak satu pun dari sekitar 100 bangunan di desa nelayan itu runtuh akibat gempa dahsyat yang pusat gempanya hanya beberapa kilometer jauhnya.

Salah satu pemilik rumah adalah Masaki Sato. Rumahnya telah berusia 85 tahun yang ia miliki sejak 2017 dan dikelola sebagai tempat penginapan musim panas di Akasaki, di pesisir barat Jepang.

“Rumah itu berdiri di atas lahan yang sangat sempit, dan bangunan tersebut memiliki banyak ruangan kecil, dengan banyak kolom yang membuatnya lebih kuat,” kata pria berusia 43 tahun itu kepada AFP, Senin, 8 Januari.

Untuk menahan hujan deras, salju, dan terpaan angin laut, rumah Sato dan sebagian besar rumah lainnya di desa nelayan itu hanya memiliki sedikit jendela kaca.

Dinding luarnya terbuat dari bilah kayu kukuh yang dilapisi secara horizontal. Strukturnya ditopang balok-balok tebal yang melintasi langit-langit.


Tidak ada korban jiwa



Menurut pihak berwenang, gempa bumi dan banyak gempa susulannya menewaskan sedikitnya 161 orang dan 103 lainnya masih hilang. Namun, tidak ada korban jiwa di desa itu.

Bahkan, gelombang tsunami yang dipicu gempa tidak sampai ke rumah-rumah yang dibangun di
atas tanah agak menanjak dari beton tetrapod yang melindunginya dari laut.

Di rumah Sato, piring keramik pecah, peralatan rumah tangga terjatuh, dan pintu geser kayu yang baru saja dipasang pecah, meninggalkan puing-puing berserakan di lantai. Namun, itu saja kerusakannya. 

“Saya merasa sangat bersyukur karena bangunan di desa ini masih berdiri tegak,” kata Sato. “Menurutku, itu berkat desain rumahnya."

“Keberuntungan yang sama juga terlihat di sekitar desa ini karena desain rumahnya kurang lebih sama,” kata Seiya Shinagawa, pensiunan nelayan.

Sejak sekitar 1920-an, komunitas nelayan di desa itu memilih melakukan penangkapan ikan di laut dalam yang lebih menguntungkan, jauh dari rumah, dan kadang-kadang hanya menghasilkan sedikit uang dari hasil tangkapan mereka.

Namun, ketika kebakaran terjadi dan menghancurkan sebagian besar desa pada akhir 1930-an, masyarakat membangun kembali rumah-rumah tersebut dengan desain yang terpadu dan kuat. Dok. Media Indonesia

Foto: AFP PHOTO/Philip Fong

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(WWD)

Internasional Gempa Jepang gempa Gempa Bumi Jepang