Jakarta: Ribuan orang berkumpul di perbukitan Myanmar tengah untuk festival cahaya Tazaungdaing tahunan yang menandai akhir musim hujan. Festival diwarnai pertunjukan balon udara panas yang meledak di malam hari.
Perayaan di bekas stasiun bukit Inggris Pyin Oo Lwin tidak diadakan selama dua tahun karena pandemi covid-19 dan kerusuhan setelah kudeta militer.
Tetapi pada Minggu, 6 November 2022 malam, beberapa tim bersaing menerbangkan 76 kreasi balon udara artistik, bersaing untuk mendapatkan nilai dalam estetika, kerja tim, ketinggian yang dicapai, dan waktu yang dihabiskan di udara.
Balon diterbangkan ke atas sekitar 100 meter (320 kaki) menggunakan panas api sebelum kembang api di dalamnya meledak, melenyapkan kerja berbulan-bulan dalam semburan cahaya spektakuler di langit yang gelap.
"Kami mengadakan festival di sini tetapi kami menyesal atas apa yang terjadi di tempat lain," kata Aung Myat Thu, 37, yang menghabiskan waktu berbulan-bulan bekerja dengan teman-temannya untuk membuat balon mereka.
"Ketika kami bersiap untuk kompetisi, kami semua bekerja di samping kekhawatiran kami."
Balon udara panas menampilkan berbagai karya seni dari gambar Buddha hingga motif tradisional, salah satunya dibuat dalam bentuk beruang kutub.
Beberapa peserta mengaitkan lusinan lilin merah, putih, dan kuning ke balon mereka sebelum melepaskannya ke udara di malam yang dingin dengan sorak-sorai yang meriah. AFP PHOTO Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News