Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto Rahardjo mengatakan dampak pertama jika balon terkena bagian muka pesawat akan mengganggu penglihatan pilot. Jika penglihatan pilot terhalangi maka kemudi pun akan terganggu.
"Kalau tidak bisa melihat dia enggak ngerti harus gimana. Enggak seperti sopir mobil yang bisa langsung memindahkan," kata Novie di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Minggu, 17 Juni 2018.
Kedua, lanjut Novie, jika pesawat menabrak balon dan terkena mesin pesawat bisa dipastikan pesawat akan jatuh dan bisa terjadi ledakan. Sebab, balon akan masuk kedalam mesin pesawat yang kemudian membuat mesin pesawat berhenti.
"Kedua, kalau dia masuk ke mesin itu sudah pasti mesin itu berhenti. Kalau mesin berhenti ya pesawatnya jatuh," ucap dia.
Lalu yang paling berbahaya, Novie menambahkan, jika pesawat menabrak balon pada malam hari. Asal tau saja, pada malam hari pilot itu tidak bisa melihat. Pesawat bergerak berdasarkan radar yang diterima. Sementara, radar tidak mendeteksi balon udara yang terbuat dari plastik.
"Dia (pesawat) enggak bisa menghindar. Karena tidak terdeteksi oleh radarnya pesawat dan tidak terdeteksi radar kita. Karena itu plastik kan jadi tidak terdeteksi," pungkas dia.
Sejauh ini, Airnav sudah menerapkan lomba menerbangkan balon udara di Pekalongan, Wonosobo, dan Ponorogo. Lomba itu sebagai upaya penertiban balon-balon udara tersebut.
Sejak penerapan lomba itu, Novie mengatakan, sudah mengurangi angka laporan balon yang terlihat oleh pilot. Sebelumnya, jumlah laporan yang diterima ada 71 balon udara yang terlihat berada diketinggian pesawat terbang. Saat ini hanya 15 saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
