"NTP secara nasional turun 0,78 persen dibandingkan NTP Januari 2020, yaitu dari 104,16 menjadi 103,35," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jalan Dr Sutomo, Jakarta Pusat, Senin, 2 Maret 2020.
Menurutnya, penurunan NTP di Februari 2020 disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,38 persen. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebanyak 0,40 persen.
Selain itu, sambung Yunita, penurunan NTP Februari 2020 dipengaruhi oleh turunnya NTP di empat subsektor pertanian. NTP Subsektor Tanaman Pangan turun 0,44 persen, Subsektor Hortikultura melorot sebesar 0,81 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat ambles sebanyak 1,89 persen, dan Subsektor Perikanan anjlok 0,65 persen.
"Sementara itu, NTP pada Subsektor Peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen," ungkap dia.
Adapun pada Februari 2020, NTP Provinsi Sulawesi Barat mengalami kenaikan tertinggi (2,05 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Riau mengalami penurunan terbesar (4,86 persen) dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Secara relatif, semakin tinggi NTP, semakin kuat tingkat daya beli petani.
Sementara itu, BPS juga mencatat adanya perubahan pada Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,48 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks di sebelas kelompok penyusun IKRT, terutama kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Di sisi lain, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada Februari 2020 sebesar 104,13 atau turun 0,57 persen dibandingkan NTUP bulan sebelumnya," tutup Yunita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
