Saat ini, Australia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem teknologi tinggi dengan higienitas yang sangat baik untuk operasi rumah potong hewan.
Menurut Kepala BKPM Franky Sibarani, pembinaan dilakukan dengan mengirimkan perwakilan dari RPH Indonesia untuk melihat dan belajar langsung dari RPH Australia.
"Diharapkan melalui pembinaan ini, Indonesia setidaknya dapat menerapkan operasi RPH yang lebih efisien, higienis, dan menguntungkan," tutur Franky, dalam siaran persnya, di Jakarta, Sabtu (20/8/2015).
Selain menyepakati beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan pada 2015-2016, pertemuan ketiga Kemitraan tersebut juga membahas dialog terkait ketahanan pangan Indonesia, future direction kemitraan, serta laporan dari program yang telah berjalan dan disepakati dalam pertemuan sebelumnya.
"Di antaranya skill development program/capacity building Kementerian Pertanian dan juga NTCA (Northern Territory Cattlemen's Association) Indonesia-Australia Pastoral Industry Student Program yang bekerja sama dengan universitas-universitas negeri di Indonesia," jelas Franky.
Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector dibentuk pada 17 April 2014. Kemitraan ini bertujuan menyinergikan kekuatan dan potensi kedua negara di sektor daging dan ternak sapi sehingga tercipta hubungan yang saling menguntungkan di bidang investasi dan perdagangan jangka panjang antara kedua negara yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan Indonesia.
Dalam pertemuan ini, hadir Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce, Duta Besar Republik Indonesia di Canberra H.E Nadjib Riphat Kesoema, serta anggota kemitraan delegasi Indonesia yang terdiri dari perwakilan dari BKPM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, asosiasi serta pelaku usaha industri peternakan sapi di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
