Menurut Direktur Jenderal Pembinaan, Pengawasan Ketenagakerjaan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PPK K3) Kemenaker Sugeng Priyanto, ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak peduli pada penerapan K3 di lingkungan kerjanya. Salah satunya terkait status sosial seseorang.
Semakin tinggi status sosial seseorang (dilihat dari latar belakang pendidikan), maka kesadaran akan K3 juga semakin tinggi. Mereka memberikan perhatian serius terhadap penerapan K3 di lingkungan kerjanya dibandingkan orang yang berpendidikan rendah.
"Pada level rendah, orang bisa dapat pekerjaan saja sudah bersyukur, sehingga kesadaran akan K3 tidak terpikirkan," ujar Sugeng, ditemui di Menara Peninsula, Jakarta Barat, Kamis, 11 Juli 2019.
Contoh abai terhadap pentingnya K3 ialah masih ada pekerja yang tidak mau menggunakan perangkat pengamanan ketika sedang bekerja. Hal ini menjadi tantangan besar Kemenaker untuk meningkatkan kesadaran keselamatan bekerja.
"Ada orang yang disuruh pakai helm saja marah karena risih. Padahal, itu untuk menjaga benturan di kepala. Tidak semua orang mudah menerima hal itu," kata Sugeng.
Melihat kenyataan tersebut, Sugeng menyadari upaya untuk mengampanyekan kesadaran K3 di lingkungan kerja memerlukan waktu yang panjang. Target untuk mewujudkan nihil kecelakaan (zero accident) sepertinya masih sulit terealisasi dalam waktu dekat.
"Jadi untuk membudayakan ini perlu waktu sampai mereka betul-betul sadar," kata Sugeng.
Sugeng tetap optimistis kesadaran terhadap pentingnya K3 akan terus meningkat. Kemenaker juga tidak akan menyurutkan semangatnya agar terus menyosialisasikan pentingnya penerapan K3 ke masyarakat dan dunia usaha.
"Harus lebih banyak mengampanyekan, termasuk teman-teman dari media juga harus ikut mengampanyekan ini," ucap Sugeng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
