Deputi Bidang Statistik Distriubusi dan Jasa Yunita Rusanti mengatakan kenaikan harga bawang putih disebabkan oleh mewabahnya virus korona. Endemik Covid-19 dari Tiongkok itu menyebabkan pasokan dan distribusi bawang putih tersendat.
"Kalau bawang (putih) itu memang kita banyak impor dari Tiongkok. Jadi lebih karena pasokannya, karena kan kita impor dari Tiongkok," ujar Yunita dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jalan Dr Sutomo, Jakarta Pusat, Senin, 2 Maret 2020.
Meskipun demikian, Yunita belum dapat membeberkan lebih jauh jumlah penurunan impor bawang putih dari Tiongkok. Sebab kinerja ekspor dan impor dipublikasikan dalam rilis neraca perdagangan pada pertengahan Maret mendatang.
Selain terdampak virus korona, sebutnya, kenaikan harga bawang putih juga disebabkan oleh banjir. Hal ini mengganggu pendistribusian bawang putih.
"Mungkin ada (pengaruh terhadap) distribusi karena banjir. Jadi selain karena pasokan yang kurang, pendistribusian (bawang putih) juga kemungkinan terpengaruh," jelas Yunita.
Menurutnya, banjir juga menyebabkan sejumlah komoditas bahan pokok ikut terdampak. Di antaranya cabai dan sejumlah komoditas sayuran.
"Kalau komoditas lain memang pengaruh ke banjir. Dampak paling besar itu yang jelas cabai yang mengalami kenaikan, terus beberapa sayuran naik karena pengaruh banjir," beber dia.
Selain bawang putih, kenaikan harga cabai merah jadi salah satu komoditas yang menjadi penyumbang inflasi. Sepanjang Februari 2020, cabai merah mengalami inflasi sebesar 0,06 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
