"Totalnya 15 persen dari ketiganya," ungkap Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk Budi Harto, di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Senin 29 Mei 2017.
Budi menjelaskan, lambannya progres LRT Jabodebek lantaran terkendala pembebasan lahan di Bekasi Timur yang digunakan untuk pembangunan depo seluas 10 hektare. Selain itu, juga terkendala kepastian skema pendanaan dan keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Untuk lokasi lain itu kecil-kecil, sebagian ruang udara dan umumnya enggak akan jadi masalah," imbuhnya.
Kendati demikian, Adhi Karya selaku kontraktor tetap menargetkan penyelesaian LRT pada 2019. Dirinya meyakini target akan rampung tepat waktu karena Adhi bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia.
"Antara Adhi Karya dan KAI kontrak pembayaran saja. Nilainya dengan Kementerian Perhubungan, tahapannya dengan KAI nanti," tuturnya.
Keseluruhan nilai kontrak proyek LRT Jabodebek ini mencapai Rp23,4 triliun. Namun Adhi Karya baru berkontribusi sebesar Rp3,5 triliun dari dana sebesar Rp9 triliun yang telah disiapkannya. Sementara itu, PT KAI akan melakukan pembayaran secara bertahap kepada Adhi Karya untuk menuntaskan proyek tersebut.
"Kalau diminta hingga Desember 2017 kami menyiapkan biaya Rp9 triliun. Untuk kontrak pembayaran dengan PT KAI, setelah Lebaran, sekitar Juli-Agustus nanti," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
