"(Pertumbuhan kredit) kami masih double digit ya. Kalau revisinya satu persen sampai dengan dua persen, sama dengan revisi industri," kata Direktur BTPN Anika Faisal, di Jakarta, Selasa (23/6/2015).
Sekadar diketahui, pada triwulan I-2015, penyaluran kredit BTPN mencapai Rp53,37 triliun atau tumbuh 13 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. BTPN sebelumnya juga memperkirakan penyaluran kredit hingga akhir 2015 mencapai 15 persen.
Namun demikian, lanjut Anika, dengan melihat kondisi ekonomi makro saat ini pihaknya akan melakukan revisi rencana bisnis bank (RBB). "Revisinya mengikuti industri saja. Sama dengan bank-bank yang lain saya rasa. Kita mengikuti saja. Kita konservatif dan kita ingin fokus kepada pertumbuhan yang berkualitas," ujar Anika.
Anika menuturkan, pihaknya tidak mau hanya mengejar volume kredit yang tinggi namun justru dapat merugikan baik nasabah maupun perseroan sendiri. "Misalnya ada nasabah cuma butuh modal Rp100 juta, kalau dipaksakan Rp150 juta pasti dia macet dan kita juga tidak mau memaksakan karena nanti malah bisa jadi NPL. Jadi kita tetap kasih sesuai dengan kebutuhan mereka," jelasnya.
Menurut Anika, jika permintaan kredit memang tengah berkurang, bank juga tidak bisa memaksakan mengejar pertumbuhan kredit yang tinggi. Namun, ia berharap proyek-proyek yang dicanangkan pemerintah dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga membangun kepercayaan pasar dan para pelaku usaha berani menjalankan bisnisnya kembali.
"Saat ini kondisi orang masih seperti ada wait and see gitu, Mungkin kenapa itu pengusaha juga berhati-hati, karena semua mau jaga kualitas agar tetap baik," ujar Anika.
Anika melihat, tanda-tanda akan adanya perbaikan ekonomi sudah mulai kelihatan kendati makro ekonomi masih dipengaruhi kondisi ekonomi di Amerika, Eropa, dan Tiongkok. "Tapi, dengan Tiongkok yang saya rasa besar pengaruhnya, Tiongkok slow down berasa banget buat Indonesia karena kita banyak trade dengan mereka," pungkas Anika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News