Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Dody Edward menyatakan Indonesia masuk dalam daftar negara yang terdapat penyebaran virus zika oleh Tiongkok melalui General Administration of Quality Supervision, Inspection, and Quarantine (AQSIQ). Pengumuman AQSIQ tersebut dikeluarkan pada 8 Agustus 2016 dan berlaku selama 12 bulan.
Masuknya Indonesia dalam daftar tersebut, kata Dody, berdampak pada kewajiban bagi eksportir Indonesia untuk menunjukkan dokumen fumigasi per kontainer. Dokumen ini sebagai bukti ekpor dari Indonesia tidak terjangkit virus zika.
“Dokumen tersebut harus dapat membuktikan bahwa tiap kontainer tidak terjangkit virus zika saat proses produksi dan juga selama dalam proses importasi. Jika tidak dapat menunjukkan dokumen pembuktian tersebut, maka produk yang diimpor akan dikenakan proses fumigasi di lokasi pelabuhan bongkar Tiongkok,” terang Dody melalui keterangan resminya, Kamis (29/9/2016).
Sementara proses fumigasi di lokasi pelabuhan bongkar Tiongkok dikenakan biaya mencapai RMB200-500 atau setara dengan Rp400.000-Rp1.000.000 per kontainer.
“Ketentuan ini telah menambah beban biaya kepada pelaku ekspor Indonesia ke Tiongkok dalam bentuk pengenaan biaya fumigasi di pelabuhan tujuan ekspor dan berakibat pada menurunnya daya saing produk ekspor Indonesia di Tiongkok,” ujar Dody.
Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag Pradnyawati menyatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan guna mensosialisasikan keputusan Tiongkok itu kepada dunia usaha.
Konsultasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga akan dilakukan untuk menangani kasus zika. Selain itu, kata dia, pemerintah juga berkoordinasi dengan Atase Perdagangan di Beijing terkait dokumen yang dibutuhkan agar pelaksanaan ekspor Indonesia ke Tiongkok tidak mengalami hambatan.
“Sambil menunggu informasi dari Atase Perdagangan di Beijing, diharapkan eksportir mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Selain itu, asosiasi diminta dapat menyampaikan informasi penting ini kepada anggota guna menghindari terganggunya aktivitas ekspor ke Tiongkok,” ujar Pradnyawati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News