PT Kereta Api Indonesia (Persero) ditugaskan sebagai pemegang konsesi dalam pembangunan kereta api ringan atau LRT Jabodebek.
Untuk membangun LRT Jabodebek yang digadang-gadang akan mengurangi kemacetan ibu kota, KAI mendapatkan dukungan pendanaan dengan total Rp25,7 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjabarkan Rp25,7 triliun terdiri dari penanaman modal negara (PMN) dengan total Rp7,6 triliun yankni PMN di APBN 2015 Rp2 triliun, PMN di APBN-P 2017 Rp2 triliun, dan PMN di APBN 2018 Rp3,6 triliun.
"Untuk PMN totalnya Rp7,6 triliun termasuk PMN 2018," kata Ani dalam konferensi pers perkembangan pembagunan LRT di Kemenko Maritim, Jakarta Pusat, Jumat malam, 8 Desember 2017.
Lalu Rp18,1 triliun merupakan dana pinjaman dari enam sindikasi lembaga pembiayaan yakni PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank CIMB Niaga, dan PT Bank Central Asia (BCA) dengan jagka waktu pinjaman hingga 17 tahun.
"Jadi dia memiliki Rp25,7 triliun," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Adapun sisanya untuk membangun LRT Rp4,2 triliun yakni merupakan bagian PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang merupakan kontraktor sarana dan prasarana.
Anggaran Adhi Karya berasal dari PMN di APBN 2016 sebesar Rp1,4 triliun, serta pinjaman dari Bank Mandiri Rp2,8 triliun.
"Rp1,4 triliun dari PMN kemudian Rp2,8 triliun pinjaman dari Mandiri," kata Dirut Adhi Karya Budi Harto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
