Hal tersebut serupa dengan penunjukan aktris Raline Shah sebagai komisaris independen AirAsia.
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan perusahaan BUMN tak bisa menyontek strategi yang dipakai oleh maskapai yang berdomisili di Malaysia itu. Sebab penunjukan Raisa dapat kontradiktif dengan latar belakang perusahaan pelat merah.
"Bisa saja Raisa jadi direksi Inalum kayak Tony Fernandes yang ambil Raline di AirAsia. Hal itu jangan dicontoh, belum tentu berhasil karena ada beberapa yang mungkin kontradiktif," ucapnya disambut tawa ratusan direksi BUMN di Grage Hotel Bengkulu, Rabu, 22 November 2017.
Fajar berkelakar rencana penunjukan Raisa bisa jadi keinginan pribadi dari Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum Budi Gunadi Sadikin. Guyonan soal Raisa pun membuat ruangan yang dihadiri 134 direktur utama seluruh BUMN serta 30 pejabat Kementerian BUMN eselon I dan II menjadi riuh.
"Mungkin ini maunya Pak Budi doang, kalaupun Bu Rini enggak," imbuh dia.
Sebelumnya Kementerian BUMN menunjuk PT Inalum (Persero) sebagai induk Holding BUMN Tambang, Inalum membawahi PT Bukit Asam Tbk (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (Persero), dan PT Timah Tbk (Persero).
Aset perseroan diperkirakan naik menjadi Rp87 triliun setelah holding tambang resmi terbentuk tahun depan. PT Inalum akan menguasai 65 persen saham Antam, 65,02 persen saham Bukit Asam, dan 65 persen saham Timah, dengan masing-masing di dalamnya terdapat satu saham seri A milik pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
