"Kontribusi Gojek sebesar Rp44,2 triliun pada 2018 yang merupakan cerminan dari 75 persen mitra aktif. Tapi jika diukur 100 persen maka sebesar Rp55 triliun," ungkap Kepala LD FEB UI, Turro S. Wongkaren dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2019.
Besarnya kontribusi Gojek tersebut, Turro menambahkan, tidak terlepas dari penerapan Society 5.0. Upaya itu membuat Gojek memiliki beragam layanan secara langsung sesuai kebutuhan konsumen.
"Society 5.0 memfokuskan pada sisi demand dan bagaimana kebutuhan itu bisa dilayani dengan teknologi. Itu berkembang di Jepang," terangnya.
Menurut Turro, penerapan Society 5.0 tercermin dari layanan dalam ekosistem Gojek. Layanan tersebut mulai dari layanan pembersih rumah ke konsumen, layanan bengkel, dan layanan lainnya secara langsung ke konsumen.
"Dengan begitu Gojek ini membuat mereka yang sebelumnya tidak kepikiran bekerja menjadi mau bekerja. Misalnya ibu rumah tangga dan mahasiswa. Sebab ada independensi dalam menentukan waktu bekerja," paparnya.
Peneliti LD FEB UI Bagus Takwin menambahkan, l mitra Gojek memaknai pekerjaan mereka lebih dari sekadar menghasilkan uang. "Mereka melihat hidup menjadi lebih bermakna dengan menjadi mitra Gojek, membantu banyak orang," urai dia.
Penelitian berjudul 'Makna Kerja, Tingkat Kepuasan, dan Well-Being Mitra Gojek Indonesia' itu juga mengukur tingkat kepuasan hidup para mitra pengemudi.
Menggunakan instrumen The Satisfaction with Life Scale (SWL), skor rata-rata kebahagiaan mitra yang ditemukan penelitian LD FEB UI sebesar 24,3 dari skala maksimal 35.
"Artinya, secara umum mitra Gojek tergolong cukup puas dengan hidupnya menjadi lebih baik dan merasa bahagia," tutup Bagus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
