Menurutnya, kondisi global tersebut bukan sesuatu hal yang baru dan ditakuti bagi Indonesia. Meskipun memang kondisi global memberikan ketidakpastian kebijakan dan gejolak pasar keuangan. Itu merupakan risiko yang akan dihadapi Indonesia.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Global Terpengaruh Rencana Kebijakan Trump
"Saya pikir ini adalah sesuatu yang harus disiapkan secara mental, terutama pada lingkungan global," kata Sri Mulyani, dalam acara Indonesia Economic Quarterly, di Gedung Pakarti Center, Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
Seperti diketahui, Indonesia telah melewati gejolak keuangan global belum lama ini. Rupiah terdepresiasi tiga persen setelah berlangsungnya pemilu Amerika Serikat. Inflasi tetap berada di bawah kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 3-5 persen akibat perlambatan pertumbuhan harga beras dan bahan bakar.
Baca: Bank Dunia Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Global Naik di 2017
Pertumbuhan riil PDB sedikit menurun menjadi lima persen dari tahun ke tahun di kuartal karena tekanan pemerintah yang signifikan dan kontribusi negatif dari ekspor. Kemudian, defisit transaksi berjalan juga menurun menjadi 1,8 persen dari PDB pada kuartal tiga.
Namun demikian, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia menilai hal tersebut bukan suatu yang rumit. Menurutnya, hidup penuh dengan kerumitan. Kondisi global ini salah satu didalamnya.
Baca: BI: Waspadai Dampak Lambannya Pemulihan Ekonomi Global
"Hidup memang rumit, kita harus mempersiapkan diri kita. Persepsi bagaimana risiko Indonesia dan dunia dibandingkan dengan negara lain. Ini semua dapat dipahami," ujar dia.
Lebih lanjut, dia menyampaikan, selain memberikan pengaruh langsung sektor ekonomi, kondisi lingkungan global juga sangat mempengaruhi sosial politik. Oleh karenanya, Indonesia perlu menatanya.
"Lingkungan ekonomi global yang mepengaruhi Indonesia dari sisi sosial politik," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
