"Siklus cabai memang naik diakhir tahun karena cuaca jadi produktivitas turun. Saat ini kekurangan pasokan cabai di pasaran setara dengan kehilangan lahan cabai seluas 30.000 Ha," kata Hasanuddin usai rakor dengan Kemendag, Ahad (16/11/2014).
Menyikapi persoalan cabai yang rutin tiap akhir tahun pihaknya menyiapkan serangkaian solusi. Jawaban atas gejolak harga cabai dibagi dalam dua periode waktu, yakni jangka panjang dan jangka pendek.
"Untuk jangka pendek kita intensifkan perdagangan antar pulau dan simulasi distribusi cabai," ungkap Hasanuddin.
Simulasi yang dimaksud itu adalah daerah yang surplus komoditas cabai memasok daerah yang kekurangan pasokan. Simulasi ini akan melibatkan BUMD tiap daerah, Bulog dan Swasta.
Kemudian untuk jangka panjang fokus utama ada di hulu yakni peningkatan kapasitas petani. Selain itu pemanfaatan teknologi untuk pengawetan juga akan mulai dikerjakan oleh Dirjen yang berada di bawah naungan Kementerian Pertanian ini.
"Jangka panjang penerapan teknologi kepada petani harus dilakukan. Kita akan mulai dengan benih yang tahan pada kondisi lembab seperti sekarang ini. Jadi organisme penyerang tanaman tidak dapat berkembang, pestisida berbasis biologis juga akan diterapkan," paparnya.
"Pengawetan Cabai dengan metode penggaraman dan pengasaman paling mungkin dilakukan. Dengan metode ini cabai bisa tahan sampai dua tahun dan Industri rumah makan paling diuntungkan karena tidak perlu mengolah cabai dari awal," tambah Hasanuddin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
