Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, penurunan BI Rate pada 14 Januari lalu dipicu oleh adanya ruang longgar di sisi moneter. Kesempatan ini dimanfaatkan BI untuk menyesuaikan suku bunga acuan dengan menurunkan 25 basis poin.
"Tetapi BI rate kalau nanti melakukan penyesuaian lagi, pasti BI akan mempertimbangkan sejumlah keseimbangan faktor-faktor utama. Pertama mengenai inflasi yang akan terjadi. Jadi ekspektasi (terhadap inflasi) kita akan seperti apa," ujar Agus usai salat Jumat di kompleks perkantoran BI pusat, Jalan MH Thamrin No 2, Jakarta Pusat, Jumat (22/1/2016).
Pertimbangan kedua, jelas dia, dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi. Ketiga adalah kesinambungan neraca pembayaran. Sedangkan yang terakhir adalah menjaga stabilitas sistem keuangan.
"Jadi BI Rate akan kita lihat setelah kita mempertimbangkan aspek-aspek itu. Kalau ini terjaga, kita akan bisa melakukan penyesuaian BI Rate," papar dia.
Selain penyesuaian terhadap BI Rate, pihaknya juga bisa memberi penyesuaian terhadap Giro Wajib Minimum (GWM). GWM ini menjadi alternatif pilihan BI untuk menggenjot likuiditas perbankan.
Namun demikian, Agus memberi catatan kewaspadaan terhadap stabilitas sistem keuangan dari kondisi eksternal seperti kenaikan The Fed Fund Rate. Kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) dapat memicu penarikan USD pulang kampung ke negara asalnya.
"Tetapi pada saat kita menetapkan BI Rate, kita juga mempertimbangkan ekspektasi depresiasi dari mata uang kita dan apresiasi dolar (USD). Di 2015 apresiasi terhadap dolar itu 11 persen, dan di negara ekonomi terbuka sangat mungkin orang menyimpan dalam rupiah atau valuta asing," pungkas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
