Minggatnya dana asing dari pasar keuangan domestik tersebut utamanya berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp410 miliar. Beruntung di pasar saham dana-dana asing justru mengalir (beli neto/inflow) ke pasar domestik sebesar Rp270 miliar.
"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 20 Januari 2022 (year to date/ytd), nonresiden beli neto Rp1,57 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp4,55 triliun di pasar saham," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dalam rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah, Jumat, 21 Januari 2022.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun naik ke level 85,25 basis poin (bps) per 20 Januari 2022 dari 83,79 bps per 14 Januari 2022. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Meskipun demikian, minggatnya aliran modal asing dari pasar keuangan domestik tak mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda tersebut justru unjuk gigi meski tipis, pada perdagangan akhir pekan ini.
Kurs rupiah menguat tipis
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap USD menguat tipis ke level Rp14.335 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat lima poin atau setara 0,03 persen dari posisi Rp14.340 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah juga berada di zona hijau pada posisi Rp14.345 per USD. Rupiah juga menguat lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp14.350 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.347 per USD atau naik tujuh poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.354 per USD.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Termasuk melakukan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," pungkas Erwin.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id