"Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi pada kelompok volatile food dan administered prices, di tengah inflasi kelompok inti yang relatif stabil," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran persnya, Jumat, 1 April 2022.
Secara tahunan, inflasi IHK Maret 2022 tercatat 2,64 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,06 persen (yoy). Adapun inflasi inti pada Maret 2022 tercatat 0,30 persen (mtm), relatif stabil dibandingkan inflasi Februari 2022 yang sebesar 0,31 persen (mtm).
"Berdasarkan komoditasnya, inflasi inti Maret 2022 terutama disumbang oleh komoditas emas perhiasan dan sewa rumah, seiring pergerakan harga emas global dan peningkatan mobilitas masyarakat," terangnya.
Secara tahunan, inflasi inti Maret 2022 tercatat 2,37 persen (yoy), meningkat dibandingkan periode bulan sebelumnya yang sebesar 2,03 persen (yoy). Inflasi inti dinilai tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, didukung stabilitas nilai tukar yang terjaga dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
Sementara itu, kelompok volatile food pada Maret 2022 mengalami inflasi 1,99 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 1,50 persen (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi cabai merah, minyak goreng, dan telur ayam ras, seiring dengan kendala cuaca di beberapa sentra produksi utama, implementasi pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana dan premium, serta peningkatan biaya produksi pakan.
"Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 3,25 persen (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,81 persen (yoy)," papar Erwin.
Untuk kelompok administered prices pada Maret 2022 mengalami inflasi 0,73 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,18 persen (mtm). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan bensin seiring penyesuaian harga LPG nonsubsidi dan BBM nonsubsidi.
Selain itu, inflasi administered prices juga didorong oleh inflasi angkutan udara seiring meningkatnya mobilitas udara. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 3,06 persen (yoy), meningkat dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,34 persen (yoy).
"Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran 3,0 plus minus satu persen pada 2022," pungkas Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
