Meski demikian, menurut Deputi Country Director ADB Indonesia Edimon Ginting, kondisi tersebut tak harus dikhawatirkan mengingat dampak yang ditimbulkan secara langsung kepada Indonesia tak begitu signifikan, sejalan dengan kecilnya aktivitas dagang antara Yunani dengan Indonesia.
"Yunani ini kan masalah lama. Jadi, daya gempur atau shock-nya (dampak ke perekonomian global) itu sudah tidak terlalu besar lagi. Kita perlu waspada, tetapi tidak perlu dikhawatirkan," kata Edimon, usai Paparan Tengah Tahun ADB tentang Ekonomi Indonesia di Gedung BRI II, Jalan Jenderal Sudirman Kav 44-46, Jakarta Pusat, Selasa (7/7/2015).
Menurut dia, kondisi default Yunani justru berdampak pada negaranya sendiri dan Uni Eropa. Ini disebabkan karena dampak psikologis masyarakat Uni Eropa terhadap default Yunani yang menjadikan mata uang Euro terjadi krisis.
"Menurut saya, ini lebih berdampak justru ke Eropa dan Yunani sendiri. Tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian negara yang lainnya. Beda dengan Rusia jika terjadi default, karena kalau itu terjadi maka dipastikan kondisi global akan sangat berdampak mengingat Rusia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi," jelas dia.
Kondisi gejolak global ini, sambung Edimon, akan terus bertahan hingga dua bulan ke depan. "Kondisi global saat ini memang masih belum baik dan akan bertahan dalam satu bulan atau dua bulan mendatang," pungkas Edimon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
