Ekonomi indonesia. Foto: MI.
Ekonomi indonesia. Foto: MI.

Daya Tahan Ekonomi Indonesia Diuji Lambatnya Pemulihan Ekonomi Global

Arif Wicaksono • 18 Juni 2024 10:32
Jakarta: Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada 2024, yang berpotensi besar didorong oleh konsumsi dan investasi. Daya tahan ekonomi Indonesia akan diuji kekuatan ekonomi global yang akan melambat di tahun ini.
 
 
baca juga:  BPK Temukan Masalah Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Terkait SBN

Dalam Indonesia Economic Update terbaru PwC Indonesia perekonomian global diperkirakan akan mengalami perlambatan pada 2024. Ekonomi global akan tumbuh 2,9 persen turun dari perkiraan pertumbuhan sebesar 3,2 persen pada 2023.
 
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penerapan kebijakan di negara-negara maju, kebijakan moneter yang lebih ketat dan pengurangan dukungan fiskal.

Oleh karena itu, negara-negara tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan yang moderat pada 2024. Sementara negara-negara berkembang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang relatif lebih stabil.
 
Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05 persen pada 2023, meskipun perekonomian global melemah. Meski pertumbuhan tahun 2023 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,31 persen.
 
Namun pertumbuhan tersebut tetap patut diperhatikan di tengah tantangan perekonomian global. Inflasi turun secara signifikan menjadi 2,61 persen turun dari 5,51 persen pada tahun sebelumnya, yang mencerminkan efektivitas kebijakan moneter negara.
 
PwC Indonesia Investment Director Julian Smith mengatakan Indonesia menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada 2024.
 
"Meskipun terdapat tantangan seperti penurunan harga komoditas dan kondisi perekonomian di Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia," jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 18 Juni 2024.
 
Dia menjelaskan konsumsi domestik, yang menyumbang 57 persen terhadap PDB Indonesia pada tahun 2023, diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama dalam mencapai target ini terutama setelah memperhitungkan kenaikan gaji sebesar delapan persen untuk 3,7 juta pegawai negeri serta peningkatan belanja untuk kegiatan terkait pemilu.
 
Kemenangan pemilu Prabowo Subianto pada 2024 dan komitmennya untuk melanjutkan beberapa kebijakan pemerintahan saat ini menandakan iklim investasi yang stabil dan berkurangnya ketidakpastian politik, yang penting untuk memungkinkan Indonesia mencapai target investasi sebesar Rp1.650 triliun pada 2024, dengan setidaknya 50 persen berasal dari investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI).
 
Investasi prioritas antara lain pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, pengembangan kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, serta megaproyek pemindahan ibu kota (Ibu Kota Nusantara).
 
"Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 menargetkan penerimaan negara sebesar Rp2.802,3 triliun dan belanja negara sebesar Rp3.325,1 triliun sehingga diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp522,8 triliun," tegas dia.
 
Dia menuturkan bidang pengeluaran utama meliputi pendidikan, perlindungan sosial, kesehatan, dan infrastruktur. Pada 2023, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar USD36,91 miliar, turun 32,22 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas global.
 
Inflasi Indonesia pada 2024 diperkirakan berkisar 2,6 persen dengan tantangan berupa volatilitas harga pangan dan bahan bakar, serta potensi gangguan rantai pasokan global yang memengaruhi harga barang impor.

Rupiah kian melemah

Nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah (IDR) terus menunjukkan tren peningkatan, terutama didorong oleh sikap The Fed yang hawkish dalam mempertahankan kebijakan moneter ketat.
 
Sikap ini berkontribusi pada depresiasi nilai tukar Rupiah yang mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir yaitu Rp16.249 per USD pada April 2024.
 
Sebagai responnya, Bank Indonesia telah menetapkan BI rate sebesar 6,25 persen untuk mengatasi perlambatan pasar ekonomi global dan untuk mengantisipasi suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi.
 
"Di tengah tantangan perekonomian ini, Indonesia masih mempunyai tingkat lapangan kerja yang tinggi yaitu sebesar 69,80 persen salah satu yang tertinggi di antara negara-negara G20, meskipun lebih dari separuh pekerjanya berada di sektor informal," tegas dia.
 
Indonesia juga memperoleh manfaat dari peningkatan ekspor produk logam peleburan akibat kebijakan hilirisasi. Namun, masih ada potensi pertumbuhan lebih lanjut yang signifikan dengan memperluas jangkauan produk-produk teknologi tinggi dan memaksimalkan dampaknya terhadap lapangan kerja, sehingga dapat membantu memperkuat perekonomian dalam menghadapi tekanan keuangan eksternal.
 
Julian Smith menyimpulkan meskipun terdapat tantangan pada 2023, Indonesia telah menunjukkan ketahanan terhadap goncangan global dan basis ekonomi yang semakin terdiversifikasi diharapkan dapat memitigasi dampak buruk tersebut,
 
"Sehingga berpotensi memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan yang berkelanjutan,” tegas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan