Jakarta: Wakil Komisaris Utama PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Muhamad Chatib Basri memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah akan tetap stabil sampai dengan tahun depan. Stabilitas nilai tukar rupiah tak lepas dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Menurut Chatib yang merupakan akademisi sekaligus mantan menteri keuangan, kebijakan The Fed akan berpengaruh terhadap emerging market. Jika bank sentral AS itu menurunkan suku bunga, maka ada aliran modal masuk ke negara berkembang. The Fed diprediksi tidak akan menaikan bunga sampai tahun depan meski ruang penurunannya terbatas.
"Jika itu kondisi yang ada maka mungkin kita akan punya gambaran rupiah yang relatif stabil di tahun ini dan tahun depan sekitar Rp14.500 ada dalam range asumsi pemerintah," kata dia ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Desember 2019.
Pada saat The Fed menurunkan suku bunganya, Bank Indonesia (BI) juga punya peluang yang sama. Namun selain syarat bank sentral AS menurunkan bunganya, BI juga perlu mempertimbangkan kondisi inflasi serta dampak penurunan suku bunga acuan terhadap ekonomi.
"Kalau BI turunkan bunga apakah ekonomi akan jalan? Ini pertanyan penting. Jawaban saya belum tentu, karena data undisbursed loan atau kredit orang yang sudah pinjam dari bank tapi tidak dicairkan per September 2019 naik lima persen," jelas dia.
Meski tingkat suku bunga turun namun Chatib menyebutkan tidak membuat permintaan terhadap kredit meningkat. Dirinya menambahkan, kondisi ini tak lepas dari rendahnya permintaan (demand) sehingga banyak pengusaha menahan pencairan kreditnya.
"Kalau tidak ada permintaan buat apa saya ambil kredit? Itu yang jelaskan kenapa undisbursed loan tinggi. Kalau begitu yang penting diciptakan adalah menciptakan permintaan. Dalam kaitan ini peran fiskal sangat penting karena fiskal kalau dia belanja, dia akan dorong permintaan," pungkasnya.
Menurut Chatib yang merupakan akademisi sekaligus mantan menteri keuangan, kebijakan The Fed akan berpengaruh terhadap emerging market. Jika bank sentral AS itu menurunkan suku bunga, maka ada aliran modal masuk ke negara berkembang. The Fed diprediksi tidak akan menaikan bunga sampai tahun depan meski ruang penurunannya terbatas.
"Jika itu kondisi yang ada maka mungkin kita akan punya gambaran rupiah yang relatif stabil di tahun ini dan tahun depan sekitar Rp14.500 ada dalam range asumsi pemerintah," kata dia ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Desember 2019.
Pada saat The Fed menurunkan suku bunganya, Bank Indonesia (BI) juga punya peluang yang sama. Namun selain syarat bank sentral AS menurunkan bunganya, BI juga perlu mempertimbangkan kondisi inflasi serta dampak penurunan suku bunga acuan terhadap ekonomi.
"Kalau BI turunkan bunga apakah ekonomi akan jalan? Ini pertanyan penting. Jawaban saya belum tentu, karena data undisbursed loan atau kredit orang yang sudah pinjam dari bank tapi tidak dicairkan per September 2019 naik lima persen," jelas dia.
Meski tingkat suku bunga turun namun Chatib menyebutkan tidak membuat permintaan terhadap kredit meningkat. Dirinya menambahkan, kondisi ini tak lepas dari rendahnya permintaan (demand) sehingga banyak pengusaha menahan pencairan kreditnya.
"Kalau tidak ada permintaan buat apa saya ambil kredit? Itu yang jelaskan kenapa undisbursed loan tinggi. Kalau begitu yang penting diciptakan adalah menciptakan permintaan. Dalam kaitan ini peran fiskal sangat penting karena fiskal kalau dia belanja, dia akan dorong permintaan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
