Sri menyebutkan, sebesar 86 persen penerimaan negara berasal dari penerimaan pajak. Makanya, anggaran belanja negara banyak datang dari penerimaan pajak. Maka tidak heran jika pajak merupakan tulang punggung utama untuk ekonomi negeri ini.
"Tahun ini saja kami kumpulkan Rp1.750 triliun penerimaan negara, baik dari pajak dan non pajak. Ini untuk belanja kita. Kalau penerimaan kurang dari belanja, berarti kita harus pembiayaan. Keluhan warga mengenai kemacetan dan lain-lain itu untuk keluhan warga yang menggambarkan sisi belanja yang harus direspon, kita harus penuhi aspirasi masyarakat," tutur Sri Mulyani, ditemui di kantor pusat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak, Jakarta Selatan, Senin (16/1/2017).
Bahkan, menurut Sri, tidak ada negara di dunia ini yang mengaku sebagai negara maju, tapi tidak mampu membangun penerimaan pajak secara baik.
"Tidak ada negara yang klaim maju apabila APBN tidak dijaga secara baik dan berkelanjutan," jelas Sri.
Selain itu, Sri menyebutkan, betapa positifnya penerimaan pajak dalam membangun ekonomi negeri ini. Angka penerimaan pajak Rp1 triliun sama saja bisa membangunan 3.541 meter jembatan, atau setara 155 km pembangunan di jalan raya.
"Sebesar Rp1 triliun penerimaan pajak bisa gaji 10 ribu polisi dalam satu tahun. Polisi jaga demo kemarin dibayar pakai APBN. Jumlah penerimaan itu juga sama dengan 729 ribu rumah tangga miskin yang memperoleh beras," tukas Sri yang sebelumnya pernah menjabat Managing Director World Bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
