"Ini disebabkan oleh kenaikan harga jual di sepanjang 2022," ujar Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya, saat konferensi pers secara daring, Kamis, 30 Maret 2023.
Selain itu, perseroan membukukan volume penjualan (semen dan clinker) secara keseluruhan sebesar 17.586 ribu ton pada 2022, turun 374 ribu ton atau -2,1 persen dari volume 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selanjutnya, beban pokok pendapatan pada 2022 meningkat -16,0 persen dari -Rp9,64 triliun menjadi -Rp11,18 triliun karena kenaikan biaya energi, terutama dari harga batu bara, di pertengahan tahun pertama, sehingga mengurangi margin laba bruto menjadi 31,5 persen di 2022 dari 34,7 persen di 2021.
"Namun demikian, penjualan ekspor menurun -23,8 persen dari 402 ribu ton pada 2021 menjadi 306 ribu ton di 2022," ungkapnya.
Baca juga: Indocement Berkolaborasi Daur Ulang Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif |
Meraih batu bara DMO 60%
Pada semester II-2022, perusahaan baru berhasil mendapatkan batu bara DMO sebesar 60 persen dari total kebutuhan batu baranya. Untuk mengurangi penggunaan batu bara dan dampak harga batu bara yang tinggi, perseroan terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2 persen pada 2021 menjadi 18,1 persen pada 2022, termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV) dari 88 persen menjadi 92 persen.Selain itu, perseroan juga mencatat peningkatan beban usaha sebesar 3,6 persen dari -Rp3,21 triliun menjadi -Rp3,334 triliun. Ini disebabkan oleh kenaikan biaya logistik dan aksi korporasi pada 2022.
Sementara peningkatan beban operasi lain neto sebesar 155,7 persen dari Rp163,3 miliar menjadi Rp417,6 miliar pada 2022 disebabkan oleh keuntungan valuta asing, klaim asuransi, penjualan barang bekas, dan penyelesaian beberapa proyek.
"Akibatnya, pada 2022, margin laba usaha turun dari 14 persen menjadi 13,6 persen dan margin EBITDA berkurang dari 22,5 persen menjadi 21,2 persen," tambahnya.
Perseroan mencatatkan pendapatan keuangan neto yang lebih rendah sebesar -70,8 persen dari Rp139,3 miliar di 2021 menjadi Rp40,6 miliar karena posisi kas yang lebih rendah sehubungan dengan program pembelian saham kembali. Sedangkan beban pajak penghasilan neto meningkat 0,3 persen dari -Rp445,5 miliar menjadi -Rp446,9 miliar disebabkan oleh kenaikan laba usaha.
Berdasarkan angka keuangan di atas, laba tahun berjalan naik 3,0 persen dari Rp1,788 triliun menjadi Rp1,842 triliun pada 2022.
Dari pembelian kembali saham sebesar Rp2,73 triliun dan pembayaran dividen tahun lalu, perseroan membukukan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas sebesar Rp4,5 triliun. Arus kas yang kuat dihasilkan dari operasi dan upaya yang gigih dari manajemen untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk mempertahankan neraca keuangan perseroan yang tangguh.
"Dengan posisi neraca keuangan yang kuat dan tanpa utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan ekonomi yang sedang berlangsung termasuk kelebihan pasokan kapasitas industri semen dan siap berpartisipasi pada peluang yang membawa sinergi baik di masa depan," tegasnya.
Baca juga: Tingkatkan Efisiensi, Indocement Beralih ke Listrik PLN |
Pemulihan permintaan di 2023
Dia mengatakan, berbeda dengan pertumbuhan 2021 sebesar 2,3 persen, karena ekonomi mulai pulih dari pandemi. Pada 2022 ditutup dengan volume permintaan semen yang lebih rendah sebesar -3,4 persen.Menurut dia, perang Ukraina-Rusia pada awal 2022 telah menyebabkan ketidakpastian lainnya di seluruh dunia, sementara masih banyak ekonomi dalam tahap pemulihan dari pandemi.
"Perang berdampak besar terhadap harga energi, khususnya pada industri semen adalah harga batu bara. Pemerintah memperkenalkan skema harga batu bara DMO pada akhir 2021 dan Sebagian besar perusahaan-perusahaan semen baru dapat menggunakan skema harga tersebut terutama pada semester II-2022," tuturnya.
Demikian pula, kenaikan harga BBM bersubsidi pada September 2022 telah mengakibatkan kenaikan biaya distribusi yang signifikan sehingga harga jual produk semen kantong harus dinaikkan kembali, walaupun sebelumnya telah ada beberapa kenaikan di bulan-bulan sebelumnya.
Akibatnya, konsumsi semen di kuartal IV-2022 turun sebesar sembilan persen dibandingkan kuartal IV di tahun sebelumnya dan menyebabkan konsumsi di 2022 turun sebesar tiga persen. Adapun komposisi pasar semen kantong pada 2022 adalah sebesar 73 persen yang merupakan posisi mayoritas dari total pasar semen.
Dia menjelaskan, proyeksi di 2023 ini, dengan kombinasi harga yang lebih tinggi dari tahun lalu dan curah hujan yang tinggi sejak awal tahun, permintaan semen kantong saat ini terlihat masih relatif lemah. Namun, dengan perayaan Idulfitri yang lebih awal tahun ini, pihaknya berharap permintaan semen kantong dapat mulai pulih pada Mei dan berlanjut ke semester II dengan belanja masyarakat dapat meningkat sebelum tahun pemilihan 2024.
"Kami perkirakan permintaan semen curah akan tetap tumbuh karena anggaran infrastruktur yang dirangkum dari APBN 2023 ditetapkan lima persen lebih tinggi dari 2022. Pembangunan ibu kota baru (IKN) juga akan mendukung permintaan semencurah, oleh karena itu, kami perkirakan semen domestik akan tumbuh sekitar 2-4 persen di 2023," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id