Mengalir derasnya dana asing ke pasar keuangan domestik tersebut utamanya berasal dari pasar saham sebanyak Rp7,82 triliun. Sementara, di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dana asing mengalir sebesar Rp2,99 triliun.
"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 17 Februari 2022 year to date (ytd), nonresiden beli neto Rp8,77 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp16,36 triliun di pasar saham," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dikutip dari rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah, Minggu, 20 Februari 2022.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun naik ke level 96,93 basis poin (bps) per 17 Februari 2022 dari 95,51 bps per 11 Februari 2022. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Meskipun demikian, mengalirnya modal asing ke pasar keuangan domestik tak memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda tersebut justru melemah pada perdagangan akhir pekan ini.
Rupiah melemah
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah ke level Rp14.327 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah tipis 1,5 poin atau setara 0,01 persen dari posisi Rp14.326 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah diperdagangkan di level Rp14.335 per USD. Rupiah turun sebanyak 37 poin atau setara 0,26 persen dari level Rp14.298 per USD pada perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.339 per USD atau turun 38 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.301 per USD.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Termasuk melakukan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," tutup Erwin.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id