Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 15 April 2020 mencatat pendapatan perusahaan sepanjang tahun lalu sebesar Rp19,3 triliun, meningkat 75,3 persen dari 2018 yang hanya Rp11,02 triliun.
Bila dirinci, pendapatan terbesar dikontribusikan dari penjualan logam timah yakni Rp17,72 triliun. Pada 2018 lalu penjualan logam timah hanya berkontribusi sebesar Rp9,74 triliun.
Lalu pos pendapatan juga dikontribusikan dari penjualan tin solder sebanyak Rp381,71 miliar, penjualan tin chemical sebanyak Rp335,02 miliar, penjualan alumunium Rp316,23 miliar, dan penjualan nikel Rp74 miliar.
Di luar bisnis pertambangan, Timah juga memperoleh pendapatan dari bisnis rumah sakit sebesar Rp222,37 miliar, bisnis real estate sebesar Rp210,84 miliar, bisnis jasa galangan kapal sebesar Rp36,44 miliar, dan bisnis lain-lain Rp178 juta.
Namun sejalan dengan pendapatan usaha, emiten berkode TINS ini juga mencatat kenaikan beban pokok pendapatan dari Rp9,94 triliun menjadi Rp18,16 triliun.
Selain itu, Timah juga mencatat kenaikan beban umum dan administrasi dari Rp829,35 miliar menjadi Rp1,05 triliun. Kemudian beban penjualan juga meningkat dari Rp109,8 miliar menjadi Rp152,53 miliar. Serta eban keuangan dari Rp352,81 miliar menjadi Rp781,69 miliar.
Dari capaian tersebut perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp611,28 miliar. Padahal pada 2018 masih memperoleh laba Rp278,87 miliar. Adapun megenai aset, perusahaan mencatat per 31 Maret 2019 sebesar Rp20,36 triliun, yang terdiri dari ekuitas Rp5,25 triliun dan liabilitas Rp15,1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
