Mengalirnya dana asing ke pasar keuangan domestik itu lantaran pembelian portofolio investasi di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp3,39 triliun. Sementara dana asing di pasar saham pun turut tercatat masuk ke pasar keuangan domestik sebesar Rp420 miliar
"Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), non residen di pasar keuangan domestik (masih tercatat) jual neto sebesar Rp11,0 triliun," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah, Jumat, 19 Maret 2021.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun turun ke 75,54 basis poin (bps) per 18 Maret 2021 dari 79,8 bps per 12 Maret 2021. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Kondisi kembali mengalirnya dana asing ke pasar keuangan Indonesia selama sepekan itu membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat, meski tipis. Namun demikian, sejumlah data menunjukkan bahwa pergerakan mata uang Garuda tersebut bervariatif.
Mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan akhir pekan ini nilai tukar rupiah terhadap USD menguat bila dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya, yakni berada di posisi Rp14.407 per USD. Rupiah menguat tipis dua poin atau setara 0,02 persen.
Sedangkan menurut data Yahoo Finance, rupiah justru berada di zona merah pada posisi Rp14.456 per USD. Rupiah melemah 46 poin atau setara 0,32 persen dari Rp14.410 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Begitu pula dengan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.476 per USD atau melemah sebanyak 64 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.412 per USD.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia menyatakan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Termasuk melakukan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," tutup Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News