Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penerbitan SBN dari kuartal II sampai dengan kuartal IV diperkirakan mencapai Rp856,8 triliun. Jika penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan global bonds sebesar Rp300 triliun, maka SBN rupiah yang akan diterbitkan oleh pemerintah sebesar Rp506,8 triliun.
"Beberapa kali ditanya berapa BI bisa? Itu Rp125 triliun. Tapi kalau pengalaman dulu, ini setelah April-Juni itu pembelian asing lebih besar. Jadi BI beli lebih sedikit dan dampak ke inflasi lebih baik," katanya dalam rapat virtual dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Rabu, 6 Mei 2020.
Total pembelian SBN sebesar Rp125 triliun merupakan mandat Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020. Dalam Perppu tersebut, BI diperbolehkan membeli maksimal 25 persen dari kebutuhan sesuai kesepakatan dengan pemerintah.
"Terus terang hitung-hitungan kami Rp450 triliun sampai Rp506 triliun, kalau diambil maksimal Rp500 triliun, ini 25 persennya sekitar Rp125 triliun. Tentu saja kemungkinan BI akan beli SBN dari pasar perdana untuk kebutuhan SBN above the line," jelas dia.
Untuk mekanisme below the line, akan ditetapkan setelah adanya program pemulihan ekonomi nasional dari pemerintah. Pembiayaan ini ditujukan untuk program pemulihan dunia usaha, termasuk program Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk restrukturisasi kredit.
"Untuk pemenuhan Rp150 triliun untuk bank itu bisa dicari dari pasar karena ini kan selama ini sudah lewat mekanisme pasar jadi kami lihat kemampuan pasar berapa. Above the line harus berdasarkan mekanisme pasar, tapi BI jadi last resource," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
