Mengalir derasnya dana asing ke pasar keuangan domestik tersebut utamanya berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp3,59 triliun. Dana-dana asing di pasar saham juga ikut mengalir ke pasar keuangan domestik sebanyak Rp680 miliar.
"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 3 Februari 2022 (year to date/ytd), nonresiden jual neto Rp110 miliar di pasar SBN dan beli neto Rp5,69 triliun di pasar saham," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dikutip dari rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah, Sabtu, 5 Februari 2022.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun turun ke level 87,63 basis poin (bps) per 3 Februari 2022 dari 90,34 bps per 28 Januari 2022. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Meskipun demikian, mengalirnya modal asing ke pasar keuangan domestik tak mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda tersebut justru melemah tipis pada perdagangan akhir pekan ini.
Nilai tukar rupiah
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah ke level Rp14.380 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 2,5 poin atau setara 0,02 persen dari posisi Rp14.377 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah justru menguat ke posisi Rp14.373 per USD. Rupiah menguat lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp14.378 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Begitu pula pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.376 per USD atau naik lima poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.381 per USD.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Termasuk melakukan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," tutup Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News