Pada tahun ini, bank sentral telah meluncurkan tiga fondasi utama dalam menavigasi industri sistem pembayaran di era digital, termasuk dengan hadirnya fintech sebagai pelaku baru.
"Kita melakukan tiga fondasi yang utama di tahun 2021, yaitu reformasi regulasi dan yang kedua kita juga menyediakan infrastruktur sistem pembayaran yang cemumuah (cepat, mudah, murah, aman dan handal) dengan BI-Fast yang akan launching di Desember 2021 ini," ucap Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta dalam Opening Ceremony Bulan Fintech Nasional (BFN) dan Indonesia Fintech Summit 2021, Kamis, 11 November 2021.
Kemudian yang ketiga, lanjutnya, adalah dengan meluncurkan standar nasional sistem pembayaran melalui Standar Nasional Open API Pembayaran atau SNAP sebagai standardisasi application programming interface (API) bagi seluruh penyelenggara sistem pembayaran online yang beroperasi di Indonesia. Termasuk bank, fintech, marketplace, dan e-commerce.
Filianingsih menyadari bahwa setiap kesempatan, pasti muncul risiko. Karena itu tuntutan terbesar bagi bank sentral adalah untuk menakar kebijakan secara tepat sehingga digitalisasi mampu memberikan manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi inklusi keuangan, tetapi juga sanggup memitigasi risiko.
"Oleh karena itu, trust dan integrity itu menjadi hal yang utama. Perkembangan industri fintech yang sangat impresif dalam tiga tahun ini merupakan bukti bahwa industri fintech dapat diterima masyarakat. Tetapi ini bukan akhir, trust dan integrity harus dipelihara," tegasnya.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia menyambut positif kegiatan BFN 2021 pada 11 November 2021 ini, sekaligus menjadi tanggal bersejarah karena ditetapkan sebagai Hari Fintech Nasional yang merepresentasikan kolaborasi nyata antara pemerintah, regulator, industri fintech, serta seluruh stakeholder dalam mengembangkan ekosistem ekonomi keuangan digital nasional yang lebih inovatif, inklusif, dan berdaya saing.
"Ke depan, sinergi fintech dan lembaga keuangan lain dapat menjadi motor percepatan bagi pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi covid-19," harap Filianingsih.
Menurut dia, sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam EKD merupakan keniscayaan. Regulator pun harus melihat kembali, mereformasi dirinya menghadapi situasi yang cepat berubah. Apalagi karakteristik digitalisasi semakin mengaburkan batas kewenangan antara otoritas sehingga hal tersebut dapat mengubah struktur ekonomi keuangan nasional.
"Bagi pelaku fintech sendiri, kolaborasi dan sinergi ini merupakan opsi dan strategi dalam menghadapi siklus inovasi yang semakin cepat serta tuntutan konsumen yang semakin dinamis. Tidak hanya di sektor keuangan, kolaborasi digital juga bisa dimanfaatkan oleh berbagai sendi kehidupan," tuturnya.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga mengapresiasi inisiatif Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama pemerintah yang menghadirkan situs www.cekfintech.id. Hal ini merupakan bentuk komitmen asosiasi dalam mendukung upaya memberantas maraknya pinjaman online (pinjol) ilegal.
"Melalui situs ini masyarakat dapat mengetahui legalitas penyedia pinjol dan menampilkan daftar penyelenggara fintech dengan status tercatat, terdaftar, dan berizin dari regulator maupun pemerintah. Hal ini tentu akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat agar bisa mengolah informasi secara akurat dan terpercaya," pungkas Filianingsih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
