Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya Agus W Soehadi mengatakan persaingan kian ketat karena bank-bank konvensional mulai gencar menghadirkan aplikasi perbankan digital mereka. Akselerasi kemunculan bank digital dan aplikasi digital dari bank konvensional didukung oleh situasi pandemi beberapa waktu lalu.
"Terjadi shifting perilaku nasabah, dari yang semula mengandalkan layanan bank di kantor cabang, kini mereka sudah terbiasa menggunakan layanan perbankan digital," ujar Agus, dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 22 Agustus 2023.
Layanan perbankan digital lebih memudahkan
Selain faktor pandemi yang membuat masyarakat sulit beraktivitas di luar rumah, lanjutnya, layanan perbankan digital juga terbukti lebih disukai nasabah. Menurutnya ada berbagai kelebihan bank digital seperti layanan yang lebih efisien dan tidak perlu mengantre, sehingga lebih menghemat waktu.
"Selain itu waktu operasional bank digital juga relatif tak terbatas, tersedia di mana saja dan kapan saja selama telepon seluler nasabah terhubung internet," kata Agus.
Agus mengatakan, kebiasaan masyarakat menggunakan layanan bank digital ini akan terus berlanjut meski pandemi sudah berakhir. Sehingga prospek bisnisnya masih sangat menjanjikan. Terlebih, Indonesia memiliki populasi generasi muda yang sangat besar dan berpotensi menjadi nasabah bank di kemudian hari.
Namun, dengan ketatnya persaingan antarbank digital maupun layanan digital bank konvensional, maka setiap perusahaan harus memikirkan strategi agar bisa bertahan dan tidak ditinggalkan nasabahnya. "Tantangan ke depan perusahaan bank digital adalah menangkap perubahan selera pasar. Ini titik kritisnya," ujar Agus.
Baca: Harapan Jokowi soal Indonesia Maju Dinilai Dagelan |
"Selain itu waktu operasional bank digital juga relatif tak terbatas, tersedia di mana saja dan kapan saja selama telepon seluler nasabah terhubung internet," kata Agus.
Agus mengatakan, kebiasaan masyarakat menggunakan layanan bank digital ini akan terus berlanjut meski pandemi sudah berakhir. Sehingga prospek bisnisnya masih sangat menjanjikan. Terlebih, Indonesia memiliki populasi generasi muda yang sangat besar dan berpotensi menjadi nasabah bank di kemudian hari.
Namun, dengan ketatnya persaingan antarbank digital maupun layanan digital bank konvensional, maka setiap perusahaan harus memikirkan strategi agar bisa bertahan dan tidak ditinggalkan nasabahnya. "Tantangan ke depan perusahaan bank digital adalah menangkap perubahan selera pasar. Ini titik kritisnya," ujar Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News