Jakarta: Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 3,50 persen untuk periode November 2021. Keputusan itu mempertimbangkan berbagai indikator perkembangan ekonomi global maupun domestik, termasuk moneter hingga sistem pembayaran.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 9 dan 10 Februari 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 3,50 persen," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan BI secara virtual, Kamis, 10 Februari 2022.
Selain mempertahankan suku bunga acuan, bank sentral pada periode ini juga mempertahankan suku bunga deposit facility di level 2,75 persen dan suku bunga lending facility pada level 4,25 persen.
Perry mengungkapkan keputusan bank sentral sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi. "Selain itu, keputusan ini juga sebagai upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat," tegasnya.
Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut. Adapun bauran kebijakan Bank Indonesia pada 2022 diarahkan untuk menjaga stabilitas dengan tetap mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional.
Kebijakan moneter akan diarahkan untuk menjaga stabilitas sekaligus memitigasi dampak rentetan global dari normalisasi kebijakan di negara maju, khususnya dari bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
Sementara empat instrumen kebijakan lainnya seperti kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi keuangan inklusif dan hijau akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 9 dan 10 Februari 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 3,50 persen," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan BI secara virtual, Kamis, 10 Februari 2022.
Selain mempertahankan suku bunga acuan, bank sentral pada periode ini juga mempertahankan suku bunga deposit facility di level 2,75 persen dan suku bunga lending facility pada level 4,25 persen.
Perry mengungkapkan keputusan bank sentral sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi. "Selain itu, keputusan ini juga sebagai upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat," tegasnya.
Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut. Adapun bauran kebijakan Bank Indonesia pada 2022 diarahkan untuk menjaga stabilitas dengan tetap mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional.
Kebijakan moneter akan diarahkan untuk menjaga stabilitas sekaligus memitigasi dampak rentetan global dari normalisasi kebijakan di negara maju, khususnya dari bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
Sementara empat instrumen kebijakan lainnya seperti kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi keuangan inklusif dan hijau akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
