Minggatnya dana asing dari pasar keuangan domestik tersebut berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp2,80 triliun. Di pasar saham juga turut menambah teririsnya dana-dana asing di pasar keuangan domestik sebesar Rp0,51 triliun.
"Namun berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik (tercatat) masih beli neto (inflow) sebesar Rp20,63 triliun," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah, Jumat, 18 Juni 2021.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun naik ke level 73,46 basis poin (bps) per 17 Juni 2021 dari 71,71 bps per 11 Juni 2021. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Kondisi minggatnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia selama sepekan itu turut membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merosot. Mata uang Garuda pada perdagangan akhir pekan ini mengalami pelemahan, meski tipis.
Mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah ke level Rp14.375 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 20 poin atau setara 0,14 persen dari posisi Rp14.355 per USD pada penutupan perdagangan di hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah justru berada di zona hijau pada posisi Rp14.370 per USD. Rupiah menguat tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp14.375 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.403 per USD atau melemah sebanyak 25 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.378 per USD.
Erwin menegaskan bahwa Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Termasuk melakukan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," tegas Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News