"Net outflow sebesar USD0,75 miliar pada dua minggu pertama September 2020 karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan, baik karena faktor global maupun domestik," ujar Perry dalam video telekonferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2020 di Jakarta, Kamis, 17 September 2020.
Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah hingga 16 September 2020 tercatat depresiasi sebanyak 1,58 persen secara point to point dibandingkan dengan akhir Juli 2020. Atau terdepresiasi sebesar 6,42 persen dari posisi akhir Desember 2019.
Menurut Perry, pelemahan rupiah pada Agustus-September 2020 antara lain dipengaruhi oleh masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik karena faktor global maupun sejumlah risiko domestik.
Namun demikian dengan langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh bank sentral, sebut Perry, nilai tukar rupiah relatif terkendali di tengah tingginya tekanan pada Agustus-September 2020.
Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah berpotensi kembali menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, serta premi risiko Indonesia yang menurun.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," pungkas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
