Lagarde dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa pertemuan para pemimpin dunia di G20 membutuhkan lebih banyak langkah untuk memacu permintaan, mendukung perdagangan globalisasi, dan melawan ketidakadilan yang terjadi sekarang ini.
Sejauh ini, beberapa ancaman besar terhadap ekonomi dunia belum terjadi seperti terjadinya resesi yang dipicu oleh keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa atau jatuhnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Ia menggambarkan secara umum proyeksi sebagai "pertumbuhan yang sedikit menurun, rapuh, lemah, dan tidak didorong oleh aktivitas perdagangan".
"Anda bisa berpendapat bahwa Brexit tidak benar-benar memberikan krisis besar yang kami harapkan. Anda bisa berpendapat bahwa transisi Tiongkok berlanjut cukup baik, dan Anda bisa berpendapat bahwa harga komoditas yang rendah sudah naik sedikit. Jadi ini ada dipermukaan," kata Lagarde, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/9/2016).
Namun, lanjut Lagarde, ketika melihat jauh kepada prospek pertumbuhan ekonomi maka pada potensi pertumbuhan dan produktivitas tidak ditemukan sinyal positif untuk mengarah ke jalur yang sesuai dengan harapan. Tentu hal semacam ini perlu menjadi perhatian tersendiri.
"Namun demikian, ketika Anda melihat lebih dalam mengenai prospek pertumbuhan ekonomi, pada potensi pertumbuhan, pada produktivitas, kami tidak melihat sinyal yang baik dan kemungkinan kami akan merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2016," kata Lagarde.
Mengutip ketidakpastian ekonomi dunia pada 23 Juni saat pengumuman apakah Inggris keluar dari Uni Eropa atau tidak, IMF melakukan pemangkasan Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dengan estimasi di 3,1 persen untuk 2016 dan 3,4 persen untuk 2017 atau lebih rendah sekitar 10 poin pada tiap tahunnya.
"Dampak ekonomi dari Brexit mungkin tidak akan sepenuhnya diketahui sampai di 2017. Saat ini, akan lebih jelas mengenai bentuk hubungan antara Inggris dan Uni Eropa di masa yang akan datang," kata Lagarde.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
