Singapura menjadi negara yang mudah melakukan usaha. (AFP PHOTO/ROSLAN RAHMAN)
Singapura menjadi negara yang mudah melakukan usaha. (AFP PHOTO/ROSLAN RAHMAN)

Singapura Masih Urutan Teratas Negara Termudah Berusaha

28 Oktober 2015 10:44
medcom.id, Washington: Singapura tetap merupakan tempat paling mudah untuk melakukan usaha, sementara negara-negara berkembang meningkatkan kecepatan reformasi mereka yang ramah bisnis  pada tahun lalu.
 
Demikian menurut laporan Bank Dunia yang dipublikasikan, seperti dilansir dari AFP, sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (28/10/2015). Singapura, negara kota Asia yang dinamis, menempati peringkat teratas ramah bisnis tahun lalu dalam laporan "Doing Business 2016": Mengukur Kualitas dan Efisiensi Peraturan", yang mencakup 189 negara.
 
Hampir tidak ada perubahan dalam laporan 10 negara teratas, menurut data disesuaikan yang menggunakan kriteria tahun ini untuk peringkat 2015 dan 2016. Selandia Baru tetap di posisi nomor dua, diikuti oleh Denmark, Korea Selatan, Hong Kong, Inggris, dan Amerika Serikat. Swedia naik satu tingkat ke posisi nomor delapan, beralih tempat dengan Norwegia yang turun ke posisi kesembilan, dan Finlandia bertahan di tempat ke-10.

Laporan "Doing Business" tahunan Bank Dunia, sekarang memasuki tahun ke-13, melihat lingkungan peraturan bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah guna melihat bagaimana itu (peraturan) menghambat atau membantu mereka melakukan bisnis, dari memulai dan membayar pajak hingga mendaftarkan harta kekayaan atau properti serta perdagangan lintas batas.
 
"Sebuah ekonomi modern tidak dapat berfungsi tanpa regulasi dan, pada saat yang sama, itu dapat menjadi terhenti karena peraturan yang buruk dan rumit," kata kepala ekonom Bank Dunia, Kaushik Basu, seperti dilansir AFP, sebagaimana dikutip Antara, Rabu (28/10/2015).
 
"Tantangan pembangunan adalah menapak jalan sempit ini dengan mengidentifikasi peraturan yang baik dan diperlukan, dan menghindari sesuatu yang menghalangi kreativitas dan menghambat fungsi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah."
 
Dengan menyurvei dan memeringkat ekonomi-ekonomi, pemberi pinjaman pembangunan 188-negara berharap bahwa "buku rapor"-nya akan mendorong regulasi yang memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi rakyat.
 
Kemajuan cenderung menurun di antara lima kekuatan emerging-market atau negara berkembang pesat yang dikenal sebagai BRICS: Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, turun satu tingkat ke posisi 84. Brasil jatuh ke posisi 116 dari 111 dan Afrika Selatan turun empat tingkat ke peringkat 73. Tetapi Rusia, yang kesulitan dengan ekonominya yang terpukul oleh penurunan harga minyak dan Sanksi Barat atas konflik Ukraina, naik dalam peringkatnya, menjadi di peringkat 51 dari 54.
 
Sementara India maju ke peringkat 130 dari 134 tahun lalu. Dana Moneter Internasional mengatakan dalam sebuah laporan awal pada Oktober bahwa India telah siap untuk pertumbuhan tercepat di antara negara emerging-market tahun ini sebesar 7,3 persen, sebagian berkat reformasi kebijakan.
 
Laporan tersebut memaparkan, dari 62 reformasi yang dilakukan oleh negara-negara berpenghasilan tinggi, total 231 reformasi dilaksanakan, kata laporan itu. Sub-Sahara Afrika menyumbang sekitar 30 persen dari reformasi, diikuti oleh Eropa dan Asia Tengah.
 
Bank Dunia menyoroti 10 teratas improvers di dunia, negara-negara yang mengimplementasikan setidaknya tiga reformasi selama tahun lalu dan bergerak naik posisi peringkatnya: Kosta Rika (58), Uganda (122), Kenya (108), Siprus (47), Mauritania (168), Uzbekistan (87), Kazakhstan (41), Jamaika (64), Senegal (153), dan Benin (158).
 
Eritrea menempati peringkat terburuk bagi bisnis. Sebanyak 10 negara yang berada di posisi terbawah sebagian besar di Afrika, dengan pengecualian Haiti (182) dan Venezuela (186).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan