Mengutip CNBC, Kamis 26 Oktober 2017, menurut Kantor Statistik Nasional, ini adalah kenaikan 1,5 persen secara tahun ke tahun dengan layanan dan manufaktur menjadi pendorong utama pertumbuhan, serta sektor otomotif. Pada kuartal kedua, Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris naik 0,3 persen (kuartal-ke-kuartal) dalam periode tiga bulan.
Sebelum rilis, pergerakan poundsterling diperdagangkan sangat sedikit turun terhadap dollar Amerika Serikat (USD) di USD1,312, namun dengan cepat berbalik lebih tinggi pada data. Itu diperdagangkan pada 1,3168 melawan greenback pada pukul 10:00 waktu London.
Data yang lebih baik dari perkiraan menunjukkan bahwa langkah Bank of England yang diantisipasi untuk menaikkan suku bunga menjadi 0,5 persen pada November masih dalam jalur. Bank sentral Inggris turun angka menjadi 0,25 persen setelah pemungutan suara dari Inggris untuk keluar dari Uni Eropa pada Juni 2016.
"Kami berada pada titik di mana tidak ada kenaikan suku bunga pada 2 November yang bisa mengecewakan pasar dan menyebabkan penurunan nilai poundsterling," kata Analis Economist Intelligence Unit Danielle Haralambous, menyusul rilis data tersebut.
"Jika ada kenaikan suku bunga, kami yakin ini akan menjadi imbal balik dan mengembalikan tingkat kebijakan menjadi 0,5 persen," tambahnya.
Namun, kata Ekonom Capital dari Inggris Greg Gregory, meski datang lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan tidak terlalu luas. Gregory menunjukkan bahwa output konstruksi turun sebesar 0,7 persen pada kuartal ke kuartal, meskipun produksi industri naik cukup kuat yakni satu persen.
"Ekonomi Inggris diperkirakan akan tumbuh sekitar 1,6 persen tahun ini, dan sekitar dua persen pada 2018," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
