CEO Saudi Aramco Amin Nasser menolak laporan bahwa rencana raksasa minyak tersebut dapat ditangguhkan. "Kami selalu mengatakan bahwa kami akan listing pada 2018, dan lebih spesifik lagi pada paruh kedua di 2018. IPO ada di jalur dan tempat pencatatan akan dibahas dan dibagikan pada waktunya," kata Nasser, seperti dilansir AFP, Rabu 25 Oktober 2017.
Ia menambahkan bahwa pihak berwenang Saudi tidak melakukan pembicaraan dengan investor Tiongkok atau investor lain untuk menjual saham di perusahaan tersebut, yang diperkirakan bernilai sekitar USD2 triliun. Aramco, yang mengendalikan aset energi besar Arab Saudi, berencana untuk mencatatkan hampir lima persen sahamnya di pasar saham.
IPO diperkirakan akan menjadi yang terbesar dalam sejarah, mengumpulkan sekitar USD100 miliar pendapatan yang sangat dibutuhkan untuk kerajaan tersebut, yang telah membukukan defisit USD200 miliar dalam tiga tahun fiskal terakhir.
Daftar tersebut merupakan tonggak sebuah program reformasi ekonomi yang ambisius yang diluncurkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman tahun lalu. Program yang dikenal sebagai Vision 2030 ini bertujuan untuk menyeimbangkan anggaran Saudi setelah gembong OPEC kehilangan ratusan miliar dolar karena merosotnya harga minyak.
Keraguan telah berputar-putar seputar viabilitas dan garis waktu ambisius IPO Aramco. Arab Saudi telah menetapkan rencana untuk daftar ganda di pasar saham Saudi dan pertukaran internasional untuk 2018, dengan pasar di New York dan London berlomba-lomba untuk menawarkannya. Tapi perusahaan telah berjuang untuk memilih tempat untuk pencatatannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
